23 Juni 2008

5. Bermain Gitar

Pelajaran pada bab berikut tentang triad, susunan tiga not secara vertikal menurut aturan tertentu yang dibunyikan atau dinyanyikan secara serentak. Untuk memahaminya lebih baik, Anda perlu memainkannya pada gitar. Bab ini ditujukan bagi pemula yang belum tahu aturan-aturan yang baik dan benar tentang bermain gitar.

Memilih Gitar

Pelajaran tentang Akord dan Progresi Akord tidak akan efektif kalau Anda tidak melatihnya dengan memakai gitar enam senar. Karena itu, Anda perlu punya sebuah gitar, sebaiknya milik sendiri. Anda bisa meminjam gitar, tapi pastikanlah bahwa risiko cacat, kerusakan, atau malah hilangnya gitar pinjaman itu adalah tanggung jawabmu sendiri kepada pemiliknya.

Ada berbagai bentuk dan merek gitar yang bisa Anda beli di toko-toko yang menjualnya. Ada yang keren dan mahal buatan luar negeri atau dirakit di dalam negeri dengan seizin pabriknya di luar negeri, seperti Yamaha. Ada yang murah, bentuknya menarik, buatan dalam negeri, seperti yang dibuat di Solo atau Bandung. Ada juga yang harganya di antara kedua jenis gitar tadi.

Selain itu, ada gitar akustik dan gitar listrik. Gitar akustik memakai senar nilon atau kawat (steel). Gitar akustik yang memakai kawat pun masih ada spesifikasinya: ada yang enam senar, ada yang dua belas senar, dan ada yang punya lubang untuk menyambungkannya pada pengeras suara. Gitar listrik memakai kawat; bunyinya diperkuat melalui aliran listrik. Mana yang harus Anda beli?

Belilah gitar akustik enam senar yang memakai nilon (bunyinya halus, bening, dan nyaring) atau kawat (bunyinya “terang”). Ia paling murah dibanding dengan gitar listrik. Ia praktis karena mudah dibawa ke mana-mana. Ia juga tidak memakai listrik karena ia tidak memakai penguatan melalui spiker; selain itu, ia bisa dimainkan di tempat yang tidak ada aliran listriknya. Gitar akustik macam ini bisa buatan luar negeri dengan izin perakitan di dalam negeri, seperti Yamaha, atau bisa buatan dalam negeri. Tergantung kemampuan keuangan Anda, belilah gitar yang memenuhi syarat.

Papan fret melengkung

Periksalah apakah papan fretnya – tangkai gitar yang bagian atasnya dibagi-bagi oleh sekat-sekat batang besi atau tembaga – melengkung atau tidak. Papan itu memang dikuatkan dengan besi di dalamnya supaya ia tidak menjadi bengkok karena tekanan senar-senar yang dikencangkan dan dipakai selama berbulan-bulan. Papan fret yang melengkung menurunkan mutu nada gitarnya. Janganlah membeli gitar dengan papan fret yang bengkok.

Ujung jari sakit ketika menekan senar

Kalau Anda baru pertama kali bermain gitar, Anda perlu menekan senar-senar gitar ke papan fret. Ujung-ujung jari yang barangkali masih halus akan terasa sedikit sakit. Ini normal. Lama-kelamaan, ujung-ujung jarimu yang makin tebal tidak akan merasa sakit lagi kalau senar-senar Anda tekan.

Tapi, ada gitar – biasanya, buatan dalam negeri atau lokal – yang senarnya menimbulkan rasa sakit kalau ditekan. Rasa sakit di ujung jari makin terasa kalau Anda memainkan gitar makin mendekati bodi gitarnya, tempat melodi atau akord yang Anda hasilkan makin tinggi. Apa penyebab rasa sakitmu? Amatilah ketinggian posisi senar dengan permukaan papan fret di bawahnya. Ternyata jaraknya sedikit lebih tinggi dibanding dengan jarak yang sama pada gitar yang memenuhi syarat, seperti gitar nilon Yahama. Ketinggian senar macam inilah yang mengakibatkan ujung jarimu terasa sakit. Janganlah membeli gitar macam ini.
Sebaliknya, ada gitar buatan lokal yang senarnya begitu dekat dengan papan fret sehingga bunyi akord yang Anda hasilkan pecah, kurang jernih. Anda akan merasakan juga bahwa tekanan jarimu pada fret sangat mudah dan - untuk pemula - tidak menimbulkan rasa sakit. Janganlah beli gitar itu.

Akord makin pales

Suatu tanda lain dari gitar yang tidak memenuhi syarat adalah kekurangannya dalam menghasilkan kualitas bunyi akord yang sama ketika akord Anda bunyikan pada fret apa pun – mulai dari akord dekat nut sampai dengan akord dekat bodi gitar. Cobalah mainkan suatu akord seperti F dan pindahlah dari satu fret ke fret lain – dari kiri yang paling rendah sampai dengan kanan yang paling tinggi. Dengarkanlah dengan teliti apakah ada senar yang pales atau tidak. Biasanya, bunyi akord pada ketiga fret pertama merdu. Tapi kalau Anda memainkan akord pada fret ke-4, ke-5, ke-6, dan seterusnya, Anda bisa mendengarkan bunyi senar yang pales. Kalau gitar yang Anda tes itu memang menghasilkan akord yang kemerduannya tidak konsisten, janganlah beli gitar itu.

Kalau awam, mintalah bantuan pakar

Bagaimana kalau Anda bingung menentukan gitar manakah yang paling baik untuk Anda beli? Mintalah bantuan seorang pakar, seperti kawan, saudara, kerabat, orang tua, atau guru. Dia akan dengan senang hati menolong Anda.

Setelan standar

Syarat-syarat apa itu? Untuk pelajaran kita, gitar itu punya enam senar dengan setelan standar.

Kalau gitar itu Anda pegang dalam posisi duduk, senar paling tipis ada di atas lututmu sementara senar paling tebal ada di bawah dada atau dagumu. Di antara kedua senar paling ujung ini, ada empat senar lain dengan tingkat ketipisan atau ketebalan yang berbeda-beda. Setiap senar ditandai suatu angka khusus. Senar paling tipis ditandai angka 1, senar paling tebal ditandai angka 6. Senar kedua, ketiga, keempat, dan kelima sesudah senar 1 berturut-turut ditandai dengan angka 2, 3, 4, dan 5. Jadi, dari bawah ke atas, keenam senar gitar itu ditandai angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Setelan standar untuk gitar sudah dijelaskan dalam bab satu. Tapi untuk menyegarkan ingatan Anda, saya ulangi setelan standar itu lagi, dari senar paling tebal (senar ke-6) ke senar paling tipis (senar ke-1): E A D G B E atau mi la re sol si mi. Setelan ini dalam posisi terbuka; artinya, Anda tidak menekan dengan jarimu senar apa pun.

Lihat, contoh setelan standar berikut:


Nut


Fret 1


Fret 2


Fret 3


Fret 4



Senar 6 5 4 3 2 1
E A D G B E


Acuan setelan gitar

Kalau senar-senar gitarmu belum disetel mengikuti urutan not tadi, Anda harus menyetelnya. Setelan standar gitarmu harus disesuaikan dengan suatu acuan setelan yang berlaku umum di seluruh dunia.

Acuan ini bisa sebuah gitar lain, penala, suling tingginada (pitch pipe), piano, organ, keyboard, atau instrumen musikal lain. Gitar lain itu sudah disetel sesuai acuan universal tadi. Ada penala dibunyikan pada nada A atau C. Karena itu, setelan gitarmu yang mengacu pada nada A di penala bisa Anda terapkan pada senar A, senar ke-5. Tapi nada A pada senarmu harus lebih rendah dari nada yang sama tapi lebih tinggi pada penalamu. Kalau Anda memakai penala yang menghasilkan nada dasar C, mulailah menyetem senar ke-2. Tekanlah senar ke-2 fret ke-1 dengan jari tengahmu lalu setemlah gitarmu sampai nadanya sama dengan nada C pada penala. Yang paling mudah adalah memakai suling tingginada yang dibuat khusus untuk setelan standar gitarmu. Ia dijual di toko-toko khusus, seperti toko yang menjual alat-alat musik. Suling ini punya enam lubang yang menghasilkan urutan not gitar enam senarmu: E A D G B E. Cocokkanlah setelan gitarmu dengan suling tingginadamu. Anda bisa juga memakai piano, organ, dan keyboard untuk membantu Anda menyetem gitarmu. Carilah dahulu C tengah; dalam notasi angka, ia dibunyikan sebagai do tanpa titik di atas atau di bawahnya. Dari C titik tengah, Anda turun atau naik untuk menuntun penyeteman gitarmu pada not E A D G B E. Instrumen lain, seperti suling, bisa juga Anda pakai untuk membantu penyeteman gitarmu.

Penyeteman gitarmu membutuhkan ketajaman pendengaran. Urutan not pada gitarmu harus berbunyi persis sama dengan sumber acuannya – 100 persen persis! Mengiringi lagu dengan setelan yang pales akan mengurangi kesenangan bermain gitar, mengganggu pendengar musikal pendengarmu, dan menghasilkan bunyi-bunyi musikal pales yang bertabrakan dengan bunyi-bunyi akord standar dari alat-alat musik seperti piano dan organ dan bahkan dengan gitar lain yang setelannya sudah standar.

Karena itu, lebih baik Anda bersabar sampai mencapai setelan gitar yang prima sebelum Anda memainkannya. Penyeteman gitar yang paling baik membutuhkan ketenangan supaya telingamu bisa mendeteksi penyeteman yang pales tapi halus sekali. Anda tidak boleh mentoleransi sekecil bakteri apa pun penyeteman yang pales tapi halus sekali itu! Pokoknya, setelan gitarmu harus sempurna – 100 persen.

Kalau telinga musikalmu belum terlatih baik untuk mendeteksi setelan pales yang sangat kentara atau halus, ada tiga cara yang bisa Anda tempuh untuk mengatasinya. Ini sekaligus latihan bagi kepekaan telinga musikal Anda.
  • Mintalah bantuan orang lain yang Anda tahu punya telinga musikal yang sangat peka. Dia mampu menolongmu menghasilkan setelan gitar dengan bunyi yang seratus persen sempurna.
  • Kalau Anda sudah punya telinga musikal yang peka, dengarkanlah setiap pasangan senar – senar 1 dan 2, senar 2 dan 3, senar 3 dan 4, dan seterusnya – untuk memastikan bahwa kedua-duanya menghasilkan tingginada yang seratus persen sama. Kalau salah satu masih pales, samakan nadanya dengan nada senar lain.
  • Dalam proses pengecekan ulang ini, hati-hatilah untuk tidak mengubah setelan standar dari salah satu senar. Kalau toh salah satu ternyata sedikit lebih tinggi atau lebih rendah dari setelan standar, Anda harus kembali menyamakannya dan senar lain dengan sumber acuan penyetemannya.

Perhatikan cara kedua berikut:

Catatan: Senar-senar yang ditandai x tidak boleh dibunyikan. Tanda bundar hitam menunjukkan tempat anda menekankan jari tengah. Tanda bundar putih menandakan senar terbuka, senar yang tidak ditekan.

Untuk mengecek ulang penyeteman gitarmu apakah sudah selaras atau tidak, tekanlah dengan jarimu senar kedua pada fret ke-5. Bunyikanlah senar yang ditekan ini berganti-gantian atau bersamaan dengan senar ke-1. Samakanlah bunyi kedua senar itu kalau salah satu masih pales, yaitu, berbunyi sedikit lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain.







Dari pasangan senar ke-1 dan ke-2, pindahlah sekarang ke pasangan senar ke-2 dan ke-3 fret ke-4. Samakan bunyinya kalau salah satu masih pales.




















Pindahlah ke pasangan senar ke-3 dan ke-4 pada fret ke-5. Samakanlah bunyi kedua senar itu kalau salah satu di antaranya masih pales.

















Sekarang, ceklah kesamaan bunyi pasangan senar ke-4 dan ke-5, juga pada fret ke-5. Apakah ada yang masih pales? Setem kembali sampai kedua senar sama bunyinya.
















Akhirnya, ceklah pasangan senar ke-5 dan ke-6, masih pada fret ke-5. Samakanlah bunyinya kalau ada senar yang bunyinya masih pales.



Anda masih harus mengulang prosesur pengecekan ulang ini dari pasangan senar ke-1 dan ke-2 lagi. Tujuannya adalah untuk memastikan tidak ada bunyi pales sekecil apa pun, sehalus mana
pun.

Cek keselarasan bunyi gitarmu sekali lagi

Sudah selesai pengecekan ulang keselarasan bunyi gitarmu? Belum. Kalau Anda sdah menguasai grip beberapa akord dasar (seperti C, D, E, F, G, dan A), cobalah mainkan akord-akord ini. Dengarkanlah keserasian bunyi akordnya. Kalau ada yang bunyinya kurang serasi, setem ulang senar yang menimbulkan bunyi agak pales itu. Jangan lupa untuk mengecek ulang seluruh penyeteman ulangmu dengan sumber acuan bunyi gitarmu: suling tingginada, piano, organ, dan lain-lain. Kalau semuanya sudah beres, Anda sekarang boleh mulai bermain gitar.

Sesudah berpuas diri dengan bermain gitar, Anda menyimpannya. Sesudah satu-dua hari kemudian, Anda kembali bermain gitar. Apa yang pertama-tama harus Anda buat? Cek ulang penyeteman gitarmu untuk memastikan bahwa bunyinya tetap merdu.

Cara Memainkan Gitar

Anda bisa memainkan gitar dalam posisi duduk atau berdiri. Untuk latihan-latihan dalam buku ini, Anda dianjurkan untuk duduk. Biarkanlah posisi berdiri Anda pakai ketika tampil menyanyi di depan umum, misalnya.

Pakailah sebuah kursi dengan ukuran tinggi dan sandaran bahu yang nyaman untuk latihanmu bermain gitar. Anda yang tingginya 1.80 meter atau lebih, misalnya, sulit duduk dengan nyaman pada sebuah kursi yang sangat rendah dan kecil. Sebaliknya, Anda dengan tubuh berukuran pendek tentu tidak akan memilih duduk pada sebuah kursi bundar (stool) yang terlalu tinggi sehingga kedua kakimu bergantung di atas lantai.

Kaki kananmu harus Anda naikkan melalui suatu penopang. Topangan ini akan membantu Anda memainkan gitarmu dengan mantap. Supaya Anda mainkan dengan mantap, letakkanlah lekukan gitar pada paha kananmu begitu rupa sehingga posisi badan gitarmu lurus. Lekukkan tangan kananmu pada persendiannya untuk menahan badan gitar pada ujungnya sementara lengan dan jari-jarimu siap memainkan senar-senar gitarmu. Pakailah jari-jari tangan kirimu untuk menekan akord-akord pada fret-fret.

Bunyi gitar yang jernih

Hasilkanlah pukulan gitar yang bersih atau jernih dengan tekanan jari yang kokoh dan tepat dan gerakan naik-turun pergelangan tangan kirimu. Kali pertama Anda membunyikan senar-senar yang ditekan dengan jari, apakah Anda menghasilkan bunyi yang pecah, kurang jernih atau bersih? Kalau memang demikian, bunyi ini bisa disebabkan oleh tiga hal. Pertama, tekanan jarimu kurang kokoh. Cobalah tekan jarimu lebih kuat sampai Anda menghasilkan pukulan yang jernih. Kedua, kukumu yang panjang mengurangi tekanan jarimu. Guntinglah kuku itu sehingga hanya ujung daging jarimu saja yang menekan senar. Ketiga, bisa juga bunyi yang kurang jernih itu disebabkan penempatan jarimu yang kurang tepat. Untuk menghasilkan bunyi yang jernih, selalulah tekan senar dekat dengan batangan fret. Jari yang menekan senar di antara dua batangan fret sering menimbulkan bunyi gitar yang pecah, kurang bersih atau jernih. Pendek kata, biasakanlah dirimu menghasilkan bunyi gitar yang bersih, tidak pecah, karena itulah yang betul.

Agar mudah membacanya, taruhlah lembaran latihanmu pada sebuah permukaan yang datar. Kalau Anda punya uang, belilah sebuah stan untuk meletakkan lembaran itu.

Memainkan Akord

Sebagai pemula, akord-akord pertama yang Anda mainkan adalah akord-akord dasar. Dalam tangganada diatonik mayor C, akord-akord ini adalah C, F, G. Ini disusul Akord Dm, Em, Am, dan Bm. Akord-akord ini paling gampang untuk Anda mainkan karena Anda membentuknya pada keempat fret pertama.

Diagram akord

Akord-akord Anda pelajari dengan bantuan diagram akord. Ini akan menunjukkan secara tepat tempat Anda menempatkan jari-jari tangan kirimu supaya Anda bisa memainkan suatu akord khusus.

Suatu diagram akord adalah suatu kotak bergaris mendatar dan tegak-lurus. Ia mewakili senar dan fret gitar.


Ini suatu contoh diagram akord C. Tanda x menandakan bahwa senar ke-6 tidak boleh dibunyikan. Senar ke-1 dan ke-3 yang diberi tanda bulat Anda mainkan tanpa menekannya. Bulatan hitam menandakan senar yang Anda tekan dan pada fret manakah senar itu Anda tekan. Angka 1, 2, dan 3 menunjukkan jari-jari yang Anda pakai untuk menekan senar pada papan fret.

Biasanya, Anda memakai empat jari untuk memainkan akord. Ada empat angka yang dipakai untuk menandakan jari-jari yang Anda pakai.
· Angka 1: jari telunjuk
· Angka 2: jari tengah
· Angka 3: jari manis
· Angka 4: jari kelingking

Selanjutnya, urutan bunyi akord yang Anda hasilkan dari akord C tadi dari senar ke-5 ke senar ke-1 – adalah do-mi-sol-do-mi.

Memainkan down-strum

Sebagai pemula, Anda akan memainkan akord-akord dari senar paling rendah sesuai diagram akord ke senar paling tinggi. Senar-senar itu Anda bunyikan serentak. Memainkan akord-akord dengan gerak jari-jari dari atas – dari senar paling rendah – ke arah bawah – ke senar paling kecil – disebut down-strum dalam bahasa Inggris, secara harfiah berarti “pukulan senar ke arah bawah”. Cara bakunya seperti ini:

Ini tanda down-strum. Empat tanda ini ditempatkan di atas empat tangkai mirip not balok. Akord C atau akord apa pun Anda mainkan dengan memukulkan dengan ujung kuku jari telunjukmu senar-senar dari arah atas ke bawah.Keempat pasangan tanda pukulan senar gitarmu sekaligus membentuk empat ketukan dari birama 4/4.

17 Juni 2008

4. Latihan Membentuk Interval

Interval dipakai untuk membentuk melodi (lagu) atau harmoni. (Akord dan progresi akord bagian dari harmoni.) Interval untuk membentuk melodi disebut interval melodik; interval untuk membentuk harmoni disebut interval harmonik. Bab ini menekankan latihan pembentukan interval melodik dan menyinggung sedikit tentang interval harmonik. Interval jenis terakhir akan dibicarakan dalam bab berikut. Untuk gampangnya, latihan interval dibatasi pada pasangan not dalam tangganada diatonik mayor C.

Ada dua arah untuk membentuk interval melodik. Pertama, arah ke atas dan, kedua, arah ke bawah. Interval yang secara melodik bergerak ke arah atas mulai dengan not yang lebih rendah dan berakhir dengan not yang lebih tinggi. Interval yang secara melodik bergerak ke arah bawah mulai dengan not yang lebih tinggi dan berakhir dengan not yang lebih rendah. Berbagai jumlah dan kualitas interval menentukan arah gerak interval melodik.


Interval ke Arah Atas

Bagaimanakah Anda membentuk interval melodik yang bergerak ke arah atas? Anda diberikan berbagai jenis interval. Pikirkanlah not yang lebih rendah sebagai not pertama. Bertolak dari not ini, hitunglah jumlah nada interval dalam tangganada mayor C. Kalau Anda menemukan bahwa interval itu, misalnya, besar atau murni, maka proses pembentukan Anda selesai. Kalau Anda belum menemukan jenis interval itu karena barangkali salah menghitung jumlah not diatonik dalam interval itu, buatlah penyesuaian: tambahkan atau kurangi jumlah not sampai Anda menemukan jenis interval yang betul.

LATIHAN 1

Untuk kemudahan mengerjakan latihan-latihan berikut, Anda disarankan melihat kembali jumlah setengahnada dari interval dan kualitas atau cirinya pada bab 3. Sesudah penyegaran kembali ingatanmu (kalau Anda lupa), Anda sudah siap untuk mengerjakan latihan-latihan berikut.

Untuk mengerjakan latihan-latihan berikut juga, Anda perlu menuliskan not pada paranada yang tepat. Tambahkanlah tanda kres atau mol kalau diperlukan pada not-not yang Anda tuliskan.

Karena itu, Anda sebaiknya mencetak latihan-latihan berikut. Simpanlah latihan-latihan ini dalam suatu map khusus supaya Anda mudah mengaksesnya kalau dibutuhkan. Berikanlah label mapmu semisal Akord dan Progresi Akord: Latihan-Latihan.

Sekarang, tulislah nama interval di atas pasangan interval dan cirinya yang sudah ditentukan. Singkatan ciri interval demikian:

B = besar k = kecil M = murni L = lebih kur = kurang

Amati kelima contoh pertama sebelum Anda mengerjakan latihan ini.



Kemudian, tulislah not yang betul sesuai ciri interval yang ditentukan pada paranada. Lalu, cek apakah identifikasi ciri intervalmu sudah betul. Akhirnya, cek jawaban yang betul di akhir bab ini.

Setiap singkatan tadi dan yang menyusul mengacu pada jenis-jenis interval. Karena itu, cara Anda membaca kepanjangannya berbeda dengan tandanya. Misalnya, k2 ada baca sebagai interval kedua kecil dan bukan interval kecil kedua. Demikian juga Anda membaca M5 sebagai interval ke-5 murni, L2 sebagai interval ke-2 lebih, kur3 sebagai interval ke-3 kurang , dan B3 sebagai interval ke-3 besar.


Interval ke Arah Bawah

Untuk membentuk interval pada poisi turun, not pertama dari setiap pasangan lebih tinggi dari not kedua. Ciri interval yang ditentukan sebelumnya bisa menghendaki Anda memilih not diatonik atau kromatik yang lebih rendah sebagai pasangannya. Not kromatik itu Anda naikkan atau turunkan setengahnada. Mulailah selalu dengan not pertama, yaitu, not yang lebih tinggi, untuk membentuk interval yang sudah ditentukan.

LATIHAN 2

Pelajarilah contoh-contoh interval pada posisi turun berikut. Kemudian, tulislah not yang betul untuk membentuk jenis interval yang sudah ditentukan pada paranada. Cek sekali lagi jawabanmu. Sesudah itu, ceklah jawaban yang betul di akhir bab ini.

Penerapan Jenis Interval pada Lagu

Interval melodik yang Anda pelajari sejauh ini jelas adalah rangkaian berbagai macam pasangan not untuk membentuk lagu. Sebagai latihan penerapan pengetahuan Anda sejauh ini tentang jumlah dan ciri interval, Anda perlu mengidentifikasi jenis-jenis interval dalam berbagai lagu. Untuk itu, refrein Rayuan Pulau Kelapa dimuat sekali lagi. Kali ini, fokus kita pada identifikasi jenis-jenis interval yang dipakai.

LATIHAN 3

Tulislah singkatan jumlah dan ciri interval di antara pasangan interval yang membentuk refrein lagu nasional tadi pada garis-garis yang sudah disediakan. Singkatan itu Anda tulis tidak hanya di dalam suatu frasa melodik tapi juga di antara frasa melodik.

Amatilah contoh soal berikut.


Kemudian, kerjakanlah latihan berikut.





Sesudah selesai, ceklah jawaban yang betul di akhir bab ini.

Interval Melodik dan Harmonik

Pasangan interval melodik tadi bisa Anda susun kembali secara vertikal untuk membentuk interval harmonik. Anda menghasilkan suatu bunyi serentak dari dua nada. Secara sederhana, Anda menghasilkan melalui interval harmonik ini suatu duet nada. Jumlah dan ciri interval harmonik Anda hitung persis seperti Anda menghitung jumlah dan ciri interval melodik.

Contoh-contoh berikut memakai kunci trebel dan bas dalam tangganada diatonik mayor C.


Ada kalanya not dalam suatu interval melodik atau harmonik dinaikkan atau diturunkan dua kali, secara kromatik. Not yang secara kromatik dinaikkan atau diturunkan dua kali punya tanda khusus pada notasi balok: kres ganda sebagai penanda not yang secara kromatik dinaikkan dua kali dan mol ganda sebagai penanda not yang secara kromatik diturunkan dua kali.

Pelajarilah bentuk penulisan kres ganda dan mol ganda pada contoh berikut:


LATIHAN 4

Tandailah interval melodik dan harmonik berikut dengan menuliskan singkatan baku bagi ciri interval yang dipakai. Singkatan baku itu diulangi lagi di sini.

B: besar k: kecil kur: kurang M: murni L: lebih

Pelajarilah contohnya sebelum Anda mengerjakan latihan ini. Sesudah itu, ceklah jawaban yang betul di akhir bab ini.










Jawaban yang Betul

Jawaban yang betul diberikan dalam notasi angka, dengan penjelasan seperlunya. Ini demi menghemat ruang blog dan melatih kemahiran Anda membaca not angka juga. Sebenarnya, jauh lebih bagus belajar musik melalui notasi balok karena keuntungannya lebih besar dibanding notasi angka. Di antaranya, posisi not secara bertangga lebih mudah dilihat melalui notasi balok, lebih mudah membuat tablatur dan peta irama melalui notasi balok, dan musik terbitan luar negeri – seperti dari Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa – memakai notasi balok. Tapi karena notasi angka masih dipakai di Indonesia (barangkali, selama masa hidupmu dan anakmu), Anda pun bertindak realistik ketika menguasai dan memakai notasi angka juga.

LATIHAN 1

Pembentukan Interval Posisi Naik

B2: 1-2 (do-re); k2: 2-4 (re-fa); B3: 3-#5 (mi-se); M4: 4-#6 (fa-li); M5: 5-2 (not re lebih tinggi dari not sol); B6: 6-#4 (not fis lebih tinggi dari not la); M1: 7-7; kur7: 6-#5 (not se lebih tinggi dari not la); L5: b3-b7; dan M8: #5-#5 (not se kedua lebih tinggi dari not se pertama)

LATIHAN 2

Pembentukan Interval Posisi Turun

M8: 5-5 (sol pertama lebih tinggi dari sol kedua); B7: #1-3 (not di lebih tinggi dari not mi); k6: 7-b3 (si-ru); kur6: b3-b6 (not ru lebih tinggi dari not su); L5: 6-b2 (la-du); M1: #4-#4; dan B3: 4-b2 (fa-ru)

LATIHAN 3

Jenis Interval Refrein Rayuan Pulau Kelapa

Dari kiri ke kanan demikian: 3-5 (mi-sol): k3; 5-4 (sol-fa): B2; 4-5 (fa-sol): B2; 5-7 (sol-si): B3; 7-4 (si-fa): L4; 4-5: B2; 5-3 (sol-mi): k3; 3-5: k3; 5-1 (sol-do yang lebih tinggi dari sol): M4; 1-3 (do-mi, do lebih tinggi dari mi): k6; 3-5: k3; 5-4: B2’ 4-5: B2; 5-2 (sol-re, re lebih tinggi dari sol): M5; 2-2 (re-re): M1; 2-6 (re-la, re lebih tinggi dari la): M4; 6-7 (la-si): B2; dan 7-1 (si-do, do lebih tinggi dari si): k2

LATIHAN 4

Latihan Interval Melodik dan Harmonik

7-1 (do lebih tinggi dari si): k2; 5-5 (sol-sol, salah satu not lebih tinggi dari yang lain): M8; 3-3 (salah satu mi lebih tinggi dari yang lain): M8; 6-1 (la-do, do lebih tinggi dari la): k3; 4-bb3 (fa-re, re lebih tinggi dari fa): kur7; b5-#2 (su-ri, ri lebih tinggi dari su): B6; dan #4-x1 (fis-re, re lebih tinggi dari fis): k6.

09 Juni 2008

3. Interval

Tangganada diatonik mayor C akan mendasari pelajaran tentang interval.



Lalu, apa itu interval? Suatu interval adalah suatu jarak antara dua not apa pun dengan tingginada (pitch) yang sama atau berbeda antara kedua not itu. Jarak antara C-C, C-D, C-E, C-F, C-G, C-A, C-B, dan C-C (C kedua satu oktaf lebih tinggi dari C pertama) adalah beberapa contoh interval. Suatu tingginada adalah tingkat ketinggian suatu bunyi musikal yang diukur dari banyaknya getaran per detik. Suatu pasangan tingginada yang sama, seperti C-C, punya jumlah getaran yang sama per detik. Suatu pasangan tingginada yang berbeda, seperti C-D, karena itu punya jumlah getaran yang berbeda per detik.

Interval sangat penting dalam ilmu musik Barat. Jarak antar-nada ini melandasi penciptaan melodi, akord, progresi akord, dan harmoni.Kalau dua not dimainkan secara berurutan, seperti C-C atau C-E, keduanya membentuk suatu interval melodik, suatu jarak antar-nada yang menghasilkan suatu potongan kecil lagu. Kalau kalau tiga not dengan jarak tertentu, seperti C-E-G, dimainkan secara vertikal dan serentak, ketiganya membentuk interval harmonik, suatu jarak antar-nada yang menghasilkan suatu akord tiga suara.

Anda bisa mengenal suatu interval melalui posisinya dalam suatu tangganada, seperti tangganada diatonik mayor C. Interval yang paling mendasar adalah oktaf. Oktaf menentukan not pertama dan terakhir dalam tangganada diatonik mayor. (Oktaf berlaku juga dalam tangganada minor dan tangganada lainnya yang akan kita pelajari.) Karena oktaf membatasi kedua ujung tangganada diatonik mayor, semua interval lain dinamakan sesuai jaraknya dari not pertama pada suatu tangganada diatonik mayor.

Jumlah Interval

Semakin jauh jaraknya dari not pertama dalam suatu tangganada mayor semakin banyak jumlah not yang ada dalam suatu interval. Pasangan not C-C, D-D, atau E-E, misalnya, berjarak nol – atau tanpa jarak. Tapi jarak antara C dan D berisi dua not tangganada diatonik mayor C, yaitu C dan D; karena itu, pasangan ini membentuk suatu interval kedua. Selanjutnya, jarak antara C dan E berisi tiga not tangganada mayor C, C-D-E; ini karena itu adalah suatu interval ketiga. Interval tetap sama entah Anda melihatnya dari not lebih rendah atau lebih tinggi. Interval ketiga tadi kita lihat dari notnya yang lebih rendah, C, lalu, kita hitung jaraknya dalam posisi naik ke not E. Tapi interval yang sama bisa kita lihat dari notnya yang lebih tinggi, E, dan turun secara bertangga ke C, E-D-C, dan interval dalam posisi turun ini pun adalah suatu interval ketiga.

Jumlah not suatu tangganada mayor yang ada dalam suatu interval disebut jumlah interval. Jumlah ini berlaku sama dalam kunci apa pun dari tangganada diatonik mayor, seperti tangganada diatonik mayor D, E, F, G, A, dan B. Dalam tangganada diatonik mayor C, jumlah interval C sampai dengan F berisi empat not, yaitu C-D-E-F. Karena itu, C-F yang berisi empat not menunjukkan suatu interval keempat.

Berikut adalah ringkasan jumlah interval dalam tangganada diatonik mayor C:











































Penerapan Interval dalam Lagu

Suatu melodi bisa dibentuk oleh berbagai interval. Ia bisa didominasi interval yang berisi pasangan atau rangkaian not berjarak satu, dua atau tiga – yaitu, interval ke-1, ke-2, atau ke-3. Jumlah interval – jadi, jumlah nada yang ada dalam jenis-jenis interval tadi – dari yang paling kecil (interval ke-1) sampai dengan yang relatif kecil (interval ke-3). Melodi yang didominasi jenis-jenis interval seperti ini menghasilkan lagu yang tenang atau relatif tenang. Selain itu, melodi yang sama bisa berisi pasangan not berjarak empat sampai dengan delapan; dengan kata lain, ia melibatkan pemakaian interval ke-4, ke-5, ke-6., ke-7, dan ke-8. Maka, jumlah interval menjadi agak besar sampai dengan besar dan menghasilkan efek musikal yang menonjol atau dramatik dari lagu.

Rayuan Pulau Kelapa, suatu lagu nasional ciptaan Ismail, menunjukkan bahwa semua interval yang kita pelajari sejauh ini dilibatkan, kecuali interval ke-7. Interval yang paling kecil dan relatif kecil dipakai dalam frasa melodik sementara interval yang relatif besar dipakai di antara berbagai frasa melodik lagu nasional yang indah ini.

Rincian tentang berbagai interval dalam lagu ini dibagi dua. Bagian pertama adalah baitnya; bagian kedua refreinnya. Jumlah dan jenis interval ditandai angka di dalam dan di antara frasa atau kalimat melodik lagu ini.















Rayuan Pulau Kelapa-Refrein
Interval ke-1, ke-2, dan ke-2 yang menonjol dalam Rayuan Pulau Kelapa mengakibatkan nyanyian ini kedengaran syahdu. Interval ke-1 digunakan sebanyak 34 kali, interval ke-2 sebanyak 38 kali, dan interval ke-3 sebanyak 13 kali. Sementara itu, interval ke-4, ke-5, ke-6, dan ke-8 mengakibatkannya kedengaran dramatik. Interval ke-4 dipakai sebanyaj 7 kali, interval ke-5 sebanyak 1 kali, interval ke-6 sebanyak 3 kali, dan interval ke-8 sekali. Dengan pemakaian yang menonjol dari interval ke-2, ke-1, dan ke-3, ada karena itu suatu campuran antara suatu suasana syahdu yang menonjol yang diselingi suasana dramatik dari interval ke-4, ke-5, ke-6, dan ke-8.

Kualitas Interval

Interval tidak hanya dipahami melalui jumlahnya saja. Ia juga dipahami melalui kualitasnya, yaitu atribut, ciri atau sifatnya. Ada, misalnya, interval yang punya jumlah not yang sama tapi notasi dan bunyinya berbeda. Perbedaan ini merujuk pada kualitas interval dalam arti tadi.

Setiap interval tadi adalah interval ketiga dan masing-masing berisi tiga not dari tangganada mayor C. Interval ketiga di kiri berisi not do-re-mi. Tapi interval ketiga di kanan, meskipun berisi not mi, berkurang jumlah notnya karena not mi diturunkan menjadi setengah dan dibunyikan sebagai ru (b3). Pengurangan jumlah not mengakibatkan bunyi pasangan not di kiri berbeda dengan pasangan di kanannya. Pasangan di kiri Anda, misalnya, nyanyikan sebagai do-mi sementara yang di kanan Anda nyanyikan sebagai do-ru.

Perbedaan bunyi kedua jenis pasangan interval ketiga tadi karena jumlah not yang berbeda menentukan kualitas atau ciri intervalnya. Pasangan di kiri adalah suatu interval ke-3 yang berciri mayor atau besar. Sementara itu, pasangan di kanan adalah suatu interval ke-3 yang berciri minor atau kecil.

Kalau perbedaan ciri tadi melibatkan jumlah interval, apa beda antara jumlah interval dan kualitas interval? Jumlah interval memberi kita suatu ukuran umum dari besar-kecilnya suatu interval. Tapi kualitas interval memberi kita suatu ukuran yang tepat dari besar-kecilnya suatu interval.


Apa ukuran yang tepat itu? Itulah jumlah setengahnada (half steps) dalam suatu interval. Dalam contoh tadi, interval di kiri berisi tiga not: do-re-mi. Setiap pasangan not dalam interval ketiga ini membentuk satunada, yaitu, do-re dan re-mi. Untuk pelajaran tentang kualitas interval, setiap satunada harus dipecah atau diperkecil nilainya menjadi setengahnada. Karena itu, setiap pasangan not dalam interval ketiga dikiri diperkecil nilainya menjadi satu setengahnada.

Dalam posisi naik atau turun secara bertangga, Anda menghitung jumlah total setiap setengahnada dalam setiap interval. Jumlah total setengahnada dalam interval ketiga di kiri tadi adalah 5: do-di-re-ri-mi (1-#1-2-#2-3) atau mi-ru-re-du-do (3-b3-2-b2-1). Jumlah total ini mengakibatkan interval ke-3 di kiri bersifat mayor atau besar. Sebaliknya, interval ketiga di kanan berciri minor atau kecil karena jumlah total setengahnadanya, dalam posisi naik atau turun secara bertangga, adalah 4: do-di-re-ri (1-#1-2-#2) atau ru-re-du-do (b3-2-b2-1).

Dengan penjelasan ini, Anda rasanya tidak akan sulit untuk memahami kualitas berbagai jenis interval dalam batas satu oktaf dari tangganada diatonik mayor C. Untuk mempermudah pemahaman Anda tentang interval, setiap jenis interval berikut mulai dari not do atau C tengah (pada piano). Urutan not dalam posisi naik secara bertangga.



Berapa jumlah setengahnada dari setiap interval tadi?
  • Interval kesatu murni: 0
  • Interval kedua besar: 3
  • Interval ketiga besar: 5
  • Interval keempat murni: 6
  • Interval kelima murni: 8
  • Interval keenam besar: 10
  • Interval ketujuh besar: 12
  • Oktaf murni: 13

Penambahan dan Pengurangan Interval

Ciri-ciri interval yang sudah Anda pelajari sejauh ini didasarkan pada not-not dalam tangganada diatonik mayor C. Dalam setiap pasangan not interval yang diawali not do atau C, not atas atau di kanan not C tergolong pada tangganada ini. Ia adalah not diatonik.

Bagaimana kalau not atas tadi bukan not diatonik dari tangganada diatonik mayor C? Not non-diatonik ini akan menaikkan atau menurunkan jumlah setengahnada dalam interval dan mengubah ciri interval dan ciri bunyinya.

Aturan dasar tentang not atas non-diatonik itu demikian:

  1. Kalau not atas satu setengahnada lebih kecil dari suatu interval besar (mayor), ia disebut interval kecil (minor). Lihat contoh pada “Kualitas Interval” di atas.
  2. Kalau not atas satu setengahnada lebih kecil dari suatu interval murni atau kecil, ia disebut interval kurang (diminished disingkat dim). Jadi, interval keempat murni C-F atau do-fa (1-4) yang dikurangi setengahnada menjadi C-bF atau do-mi berubah menjadi interval kurang. Sementara itu, interval kecil C-bE atau do-mu (1-b3) yang dikurangi satu setengahnada – C-bbE atau do-re (1-bb3) berubah menjadi interval kurang juga. (E turun satu setengahnada ditulis sebagai bE atau b3; kalau diturunkan satu setengahnada lagi, not ini ditulis dengan tanda mol ganda di depannya – bbE atau bb3. Penurunan ganda ini menghasilkan not re atau 2.)
  3. Kalau not atas satu setengahnada lebih besar dari suatu interval murni atau besar, ia disebut interval lebih (augmented disingkat augm). Interval kelima murni C-G atau do-sol (1-5) yang not atasnya dinaikkan satu setengahnada menjadi C-#G atau do-sel (1-#5) berubah menjadi interval kelima lebih. Sementara itu, interval ketiga besar C-E atau do-mi (1-3) yang not atasnya diperbesar dengan satu setengahnada menjadi C-#E atau do-fa (1-#3) berubah menjadi interval ketiga lebih.
  4. Catatan: Interval murni tidak bisa menjadi interval besar atau kecil. Sebaliknya, interval besar atau kecil tidak bisa menjadi interval murni.


Penerapan Jumlah dan Kualitas Interval dalam Lagu

Bagaimanakah jumlah dan kualitas interval diterapkan dalam lagu? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita kembali ke lagu nasional Rayuan Pulau Kelapa. Jumlah intervalnya sudah dijelaskan; karena itu, fokus kita sekarang pada kualitas interval yang dilibatkan dalam lagu ini. Untuk memahami berbagai interval dan ciri yang ada di dalamnya, kita akan batasi diri pada contoh-contoh yang mewakili setiap jenis interval di dalamnya.


Jumlah setengahnada dalam setiap contoh interval yang dipakai dalam lagu nasional tadi demikian:
  • Kesatu murni: 0
  • Kedua kecil: 1
  • Kedua besar: 2
  • Ketiga kecil: 4
  • Ketiga besar: 5
  • Keempat murni: 6
  • Keempat lebih: 7
  • Kelima murni: 8
  • Keenam kecil: 9
  • Oktaf murni: 13


Interval di atas Satu Oktaf

Selain interval sebanyak delapan nada diatonik atau satu oktaf, ada juga interval di atas satu oktaf. Interval oktaf murni sebenarnya adalah pengulangan not atas yang sama, seperti C-c atau do-do’. Kalau C atau do dalam tangganada diatonik mayor C kita pakai sebagai not bawah atau not awal, kita bisa membentuk jenis interval dengan jumlah not diatonik yang lebih banyak dari yang ada dalam satu oktaf. Not atas dari interval besar ini sebenarnya mengulangi interval kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Bedanya, not atas ini berada di atas satu oktaf.

Jenis interval yang lazim dipakai dalam nyanyian dan berada di atas satu oktaf demikian:

Penerapan Interval di atas Satu Oktaf

Barangkali, interval di atas satu oktaf jarang dipakai dalam nyanyian. Tidak mudah menyanyikan dengan tepat interval macam ini. Perlu ketepatan “menembak” interval macam ini dan peralihan yang mulus dari suara rendah atau tengah ke suara tinggi atau sangat tinggi. Penyanyi yang tidak terlatih punya peluang untuk menyanyikan jangkauan not yang demikian luas secara keliru.

Barangkali, jangkauan not seluas ini bisa Anda temukan dalam melodi instrumental, seperti yang dipakai dalam musik klasik Barat. Kalau interval di atas satu oktaf ini memang muncul dalam melodi instrumental, efek dramatik.nya menonjol. Efek ini kentara kalau interval berjarak besar ini dikontraskan dengan interval berjarak kecil atau relatif kecil.





















































































































































































03 Juni 2008

2. Tangganada Mayor, Kromatik, dan Minor

Apa itu tangganada? Ada ciri-cirinya.

Pertama, suatu tangganada adalah serangkaian not yang disusun mengikuti urutan abjad. Urutan abjad ini lazimnya ditulis dengan memakai huruf besar, bisa dimulai dari huruf A sebagai not pertama dan yang paling rendah dan berakhir dengan A juga, not ke delapan atau not terakhir dan paling tinggi. Not ke delapan ini disebut oktaf.

Urutannya demikian: A B C D E F G A. Kalau dibunyikan dengan memakai not, urutan abjad ini demikian: la, si, do, re, mi, fa, sol, la.

Kedua, suatu tangganada bertolak dari not apa pun sejauh satu oktaf dan berdasarkan suatu bentuk pola yang sudah ditetapkan. Dari urutan not mengikuti abjad tadi, Anda melihat bahwa bentuk pola tangganada itu sudah ditetapkan. Ia mulai dari A lalu mengikuti urutan abjad sampai dengan G kemudian balik ke A, kali ini delapan nada lebih tinggi dari A pertama. Karena satu tangganada dibentuk oleh delapan nada, maka huruf terjauh yang berbeda dengan A haruslah huruf ketujuh dan itulah huruf G. Sesudah G, Anda harus mengulangi A. Karena A bisa dipakai untuk membentuk suatu tangganada, maka setiap abjad yang lain pun bisa dipakai untuk membentuk tangganada yang lain. Tangganada lain bisa mulai dari B,C, D, E, F, atau G dan berakhir satu oktaf lebih tinggi juga dengan B, C, D, E, F, atau G.

Ketiga, pola yang mendasari kebanyakan tangganada melibatkan seperangkat urutan nada dan setengahnada. Pada gitar enam senar, suatu nada dimainkan pada dua fret yang berdekatan sementara suatu setengahnada dimainkan pada satu fret.

Untuk maksud praktis, kita memakai tangganada yang mulai dengan C. Urutannya menurut abjad demikian: C D E F G A B C. Kalau dinyanyikan, urutan huruf ini berbunyi do, re, mi, fa, sol, la, si, do.

Dari bentuk polanya, ada dua pasang not yang masing-masing membentuk setengahnada (satu fret). Pertama, pasangan E-F; dan, kedua, pasangan B-C. Pasangan lain (C-D, D-E, F-G, G-A, dan A-B) masing-masing membentuk satunada.

Dalam bahasa Inggris, satunada disebut tone sementara setengahnada disebut semitone. Untuk mempermudah ingatan Anda, aturan tentang pasangan not manakah yang membentuk satunada atau setengahnada dringkaskan melalui urutan T (singkatan untuk tone, satunada) dan S (singkatan untuk semitone, setengahnada). Ringkasannya demikian:

C – T – D – T – E – S – F – T – G – T – A – B – S – C

Tiga Jenis Tanggnada

Ada tiga jenis tangganada utama dalam ilmu musik Barat. Pertama, tangganada mayor; kedua, tangganada kromatik; dan, ketiga, tangganada minor.

Tangganada mayor adalah yang paling lazim dipakai untuk menciptakan jutaan lagu, termasuk lagu-lagu pop hit dan lagu-lagu gereja yang bertahan selama ratusan tahun. Karena itu, sebagian besar pelajaran pada tingkat awal akan memakai jenis tangganada ini.

Tangganada diatonik mayor

Sistem nada yang memakai dua macam jarak antar nada, yaitu satunada (tone) dan setengahnada (semitone) membentuk tangganada diatonik mayor. Contoh tadi menjelaskan tangganada jenis ini. Ia lazimnya dipakai untuk menciptakan lagu-lagu yang bersuasana optimistik: ceria, cerah, manis, merdu. Alat-alat musik Barat yang dibuat untuk memainkan tangganada diatonik mayor mencakup gitar, piano, organ, dan alat-alat lain. Tapi nada-nada gamelan tidak bisa menghasilkan nada-nada diatonik karena setelannya berbeda. Setelan gamelan berdasarkan sejenis tangganada lima nada bernama pelog dalam musik tradisional Jawa – seperti do, mi, fa, sol, si – punya aturan tersendiri tentang jarak antara setiap not. Misalnya, not mi dan sol dalam pelog sebenarnya sama nadanya dengan fa dan la dalam musik diatonik mayor.

Urutan not tangganada diatonik mayor yang akan kita pakai berkali-kali untuk mempelajari dan menguasai berbagai akord dan progresi akord adalah C-D-E-F-G-A-B-C. Tangganada ini dibatasi atau dikendalikan oleh suatu kunci. Karena urutan ini mulai dan berakhir dengan C, maka tangganada diatonik mayor ini dikendalikan oleh kunci C.

Dalam notasi balok, tangganada C mayor tidak dberi tanda kres atau mol. Tangganada ini karena itu bersifat naturel: tanpa kres atau mol.

Karena sifatnya yang naturel, tangganada C mayor dipakai sebagai acuan utama untuk membentuk tangganada lainnya. Tangganada diatonik mayor lain itu dimulai dari huruf-huruf lain – D, E, F, G, A, atau B – dan berakhir setinggi satu oktaf dengan huruf yang sama. Akan tetapi, tangganada diatonik mayor D, E, F, G, A, atau B akan dibahas kemudian.

Berbagai lagu nasional dan daerah di Indonesia diciptakan berdasarkan tangganada diatonik mayor. Lagu-lagu nasional yang terkenal mencakup Indonesia Raya, Halo-Halo Bandung, Maju Tak Gentar, dan Bangun Pemudi Pemuda diciptakan berdasarkan tangganada ini. Di samping itu, lagu-lagu daerah yang memakai tangganada diatonik mayor mencakup Lisoi-Lisoi (Tapanuli), Ayo Mama (Maluku), dan Apuse (Biak, Papua).

Tangganada kromatik

Karena relevan dengan pembicaraan nanti tentang interval, jenis tangganada ini layak dijelaskan. Ia dibentuk dari tanggnada diatonik mayor.

Seperti yang sudah dijelaskan, tangganada diatonik mayor dibentuk oleh satunada dan setengahnada. Secara aritmatik, satunada bisa dibagi menjadi dua, masing-masing menjadi dua setengahnada. Pada gitar, setiap pecahan dari satunada sekarang dimainkan hanya pada satu fret. Karena satunada dibagi menjadi dua setengahnada, tangganada baru yang dibentuk sekarang punya jarak antar nada yang sama. Setiap pasangan nada sekarang berjarak setengahnada. Jumlah nada dari satu oktaf bertambah menjadi 13 nada.Tangganada ini disebut tangganada kromatik.

Ia cocok sebagai pewarna lagu. Ia juga memberi kelenturan pada jalur melodi bas, seperti yang dipetik pemain gitar bas.

Perbandingan antara tangganada diatonik mayor C yang melandasi pembentukan tangganada kromatik dipengaruhi arah gerak yang ditempuhnya dan pola notnya. Pola not dalam posisi naik atau meninggi berbeda penulisannya dengan pola not dalam posisi turun atau merendah.

Posisi naik:

C--------D--------E –F--------G---------A-----------B –C
C--#C---D--#D--E – F--#F---G--#G---A----#A----B – C

Posisi turun:

C–B--------A-------G-------F–E--------D---------C
C–B-bB----A-bA---G-bG---F–E --bE--D--bD----C

Barangkali, tidak ada ciptaan lagu nasional dan daerah di Indonesia yang memakai tangganada kromatik. Tapi not-not kromatik – not-not setengahnada – sering dipakai dalam melodi utama atau dalam aransemen duet, trio, kuartet, atau paduan suara. Not-not kromatik ini sebenarnya dipinjam dari tangganada di luar tangganada yang berlaku. Sering, not-not setengahnada bersifat sementara; artinya, ia dipakai sebentar saja lalu lagu kembali ke kunci aslinya.

Beberapa lagu nasional memakai not-not kromatik yang bersifat sementara. Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki, misalnya, memakai not kromatik b7 (sa) sekali pada suku kata –lu dari kata dulu dalam frasa frasa bait pertamanya: Indonesia sejak dulu ... Dia juga memakai not setengahnada #4 (fis) dua kali dalam karya ini. Pertama, pada suku kata –ja dari kata puja dalam frasa bait pertama: tetap dipuja .... Kedua, pada suku kata me- dari kata menutup dari frasa bait pertama menjelang akhir lagu: tempat akhir menutup mata. Lagu Bungong Jeumpa dari Aceh adalah salah satu contoh lagu-lagu daerah di Indonesia yang juga memakai setengahnada. Not #5 (se) dipakai sebanyak 5 kali dalam lagu ini. Not kromatik ini muncul, misalnya, dua kali pada suku kata – pa dari kata jeumpa di awal lagu tempat orang menyanyikan frasa bait pertama lagu ini: Bungong jeumpa, bungong jeumpa.

Not-not kromatik muncul sering sekali dalam lagu-lagu pop, gereja, dan jazz. Dalam lagu-lagu pop dan gereja, not-not ini bisa bersifat sementara. Kalau bersifat sementara, not kromatik itu dipinjam dari tangganada lain, dipakai sebentar lalu lagu kembali ke tangganada semula. Lagu-lagu jazz modern sering memakai not-not kromatik yang bersifat tetap. Lagu, misalnya, dimulai dengan kunci C lalu beralih ke kunci C# tanpa ada “tanda peringatan” bahwa akan terjadi perpindahan kunci dari C ke C# dan secara tiba-tiba juga pindah ke D, D#, dan berakhir dengan E. Perpindahan kunci jelas secara kromatik. Tapi setiap melodi atau potongan melodi yang dimainkan dalam batas setiap kunci bisa juga berisi berbagai not kromatik.

(Catatan: Dalam tulisan ini dan tulisan mendatang, penulisan #C , #D, #F dan seterusnya berbeda arti dengan C#, D#, F# dan seterusnya. Bentuk pertama mengacu pada not kromatik – di, ri, fis dan seterusnya – sementara bentuk kedua merujuk pada kunci tangganada. Pembedaan ini tidak standar; sayalah yang membuatnya untuk tulisanku!)

Tangganada minor

Karena tangganada minor relevan juga dengan pelajaran tentang interval, ia pun layak untuk dibicarakan sekarang. Tangganada ini umumnya dipakai untuk menciptakan lagu yang bersuasana introspektif: sedih, muram, berduka, sayu, murung, gelisah.

Tangganada ini pun dibentuk dari tangganada diatonik mayor C. Ia dibentuk dengan mulai dari not A dalam tangganada diatonik mayor C. Dari sejarah perkembangannya, tangganada minor menjadi tiga macam: tangganada minor naturel, harmonik, dan melodik. Yang disebut terakhir berbeda bentuk polanya pada posisi naik dan turun.

Tangganada minor naturel:

A – B – C – D – E – F – G – A

Tangganada minor harmonik:

A – B – C – D – E – F – #G – A

Tangganada minor melodik pada posisi naik:

A – B – C – D – E – #F – #G – A

Tangganada minor melodik pada posisi turun:

A – G – F – E – D – C – B – A

Kata “minor” dalam istilah tangganada ini diperoleh dari mana? Dari pengurangan interval-interval tertentu dalam tangganada diatonik mayor C. Perubahan “mayor” menjadi “minor” dari tangganada diatonik mayor C lebih gampang dijelaskan melalui perbandingan tangganada mayor C dengan tangganada minor naturel. Supaya cermat, setengahnada ditambahkan.

Mayor: C – #C–D–#D – E – F – #F – G –#G – A – #A – B – C
Minor: A--------B – C-------D---------E – F---------G-------A
Notasi: do------re – ri-------fa--------sol–se--------li-------do

Pasangan setengahnada B-C dan E-F pada tangganada mayor berbeda urutannya dengan yang ada pada tangganada minor. Pasangan B-C minor tidak sama jaraknya dengan pasangan mayor D-E. Pasangan setengahnada B-C minor (dimainkan pada satu fret gitar) sama bunyinya dengan D-#D dalam pasangan D-E mayor, pasangan satunada (dimainkan pada dua fret yang saling berdekatan di gitar). Dengan kata lain, pasangan setengahnada B-C minor merupakan penurunan setengahnada dari pasangan D-E mayor. Sesuai aturan baku (akan dibicarakan lebih jauh dalam pelajaran tentang interval), satu pasangan not mayor menjadi minor kalau salah satu not diturunkan atau dinaikkan menjadi setengahnada. Jadi, pasangan not satunada C-D mayor menjadi minor kalau not di kiri dinaikkan setengahnada – #C-D (di-re) – atau not di kanan diturunkan setengahnada – C-bD (do-ru). Perubahan pasangan not satunada G-A mayor menjadi E-F minor mengikuti aturan yang sama. G-A mayor menjadi G-#G minor yang sama bunyinya dengan E-F minor. Atau G-A mayor menjadi #G-G minor sama bunyinya dengan E-F minor.

Beberapa lagu nasional dan daerah memakai tangganada minor. Syukur, judul suatu lagu nasional ciptaan H. Mutahar, memakai tangganada minor. Lagunya mulai dengan not la dan berakhir dengan not yang sama. Melodi yang memakai not seperti ini dan akord-akord minor yang memperkuat suasananya menunjukkan tangganada minor. Meski suasana dasarnya bersifat minor alias sedih, muram, sayu, murung, kata-katanya malah tidak memberi kesan dasar ini. Kata-kata bait pertama lagu nasional ini, misalnya, bersuasana khidmat karena mengungkapkan rasa syukur, terima kasih.

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah Air pusaka
Indonesia Merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadiratMu, Tuhan


Tidak selalu lagu minor bersuasana sedih, introspektif, dan syair Syukur salah satu kekecualian dari aturan umum yang berlaku dalam ilmu musik Barat: tangganada minor dipakai untuk mengungkapkan suasana duka, sedih, sayu, murung.

Aturan umum ini kentara dalam nyanyian gereja dari Barat yang diterjemahkan kemudian ke dalam bahasa Indonesia. Mazmur terbitan Yayasan Musik Gereja (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia 1986) berisi terjemahan dari adaptasi syair-syair mazmur dalam Perjanjian Lama. Terjemahan mazmur ke dalam bahasa Indonesia ini agar dinyanyikan jemaat bersumber pada Mazmur Jenewa abad ke-16, suatu kumpulan nyanyian mazmur yang sangat mengagumkan dari segi sastra dan musik. Lagu-lagu Mazmur Jenewa yang mencerminkan kesenian Reneisens di Eropa abad ke-16 sebenarnya bisa ditelusuri jauh ke belakang sampai dengan musik liturgi Yahudi kuno, termasuk musik liturgi jemaat Kristen awal tarikh Masehi di kawasan yang sekarang bernama Israel, Gaza, dan Tepi Barat – Palestina jajahan Roma kuno zaman itu. Banyak mazmur dalam Perjanjian Lama digubah oleh Daud, gembala, pahlawan, musikus, penyair, jenderal, dan raja tenar Israel kuno sekitar 3000 tahun yang silam.

Salah satu lagu yang mengungkapkan suasana sedih dalam Mazmur tadi adalah Mazmur 6. Melodinya, seperti melodi Syukur, mulai dengan la dan berakhir juga dengan la. Terjemahan Indonesia menyingkap secara menyentuh hati pergumulan batin Daud karena dosa-dosanya terhadap Allah dan permohonannya yang khusyuk agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Bait pertama Mazmur Jenewa ini seperti yang diterjemahkan Yayasan Musik Gereja (Yamuger) demikian:

Sayangi aku, TU-HAN!
Jangan Engkau hukum-kan
hambaMu yang gentar.
Berapa lama lagi
murkaMu kualami?
Sengsaraku besar!


Suatu versi irama flamenko dari Mazmur 6 dan syair yang sama saya ciptakan beberapa tahun yang lalu. Flamenko adalah sejenis musik dan dansa yang erat kaitannya dengan Jipsi, suatu kaum pengembara yang konon berasal dari India. Mereka kemudian menetap di Spanyol dan mengembangkan musik flamenko. Sesuai sejarah awalnya, lagu-lagu flamenko berkembang dari nyanyian ratapan kaum Jipsi, ratapan akan nasibnya yang muram di tanah tumpangannya di Spanyol.

Bait tadi bisa dinyanyikan sambil memainkan gitar atau mengikuti iringan yang sudah ada di side bar blog saya. Gaya cengkok – menyanyikan lebih dari satu not untuk satu suku kata – saya tandai dengan garis pemisah vertikal pada kata TUHAN dan hukumkan; yang dicengkok adalah suku kata TU- dan –kum-. Selebihnya dinyanyikan seperti biasa.

Nyanyian ratapan adalah nyanyian yang bersuasana sedih, murung, sayu. Melodi asli Mazmur 6 tadi lalu dimodifikasi biar sesuai salah satu irama flamenko – yang ini memakai jenis birama 3/4 yang agak cepat – di Spanyol dan sesuai juga dengan suasana sedih yang diungkapkan mazmur ini.