18 Agustus 2008

12. Aksentuasi Metrik, Ritmik, dan Sumatif

Dari penjelasan tentang aksentuasi metrik dan ritmik untuk jenis birama 2/4, Anda tidak akan sulit memahami tekanan berat dan ringan untuk jenis birama 4/4. Ia pada dasarnya adalah gabungan jenis birama 2/4. Sesudah memahami aturan aksentuasi untuk jenis birama 4/4, Anda perlu juga memahami aturan untuk jenis birama 3/4. Jenis birama ini tidak mengikuti pola aksentuasi yang sama dengan kedua jenis birama lainnya. Ketiga jenis birama ini sering dipakai untuk menciptakan jutaan lagu, dengan jenis birama 4/4 sebagai yang paling banyak dipakai.

Tapi dalam pelajaran lalu, Anda hanya mengenal dua macam aksentuasi: aksentuasi metrik dan ritmik. Sebenarnya, ada tiga macam aksentuasi dalam musik. Dua sudah dijelaskan dan akan diperjelas dalam pelajaran ini. Yang ketiga disebut aksentuasi sumatif, secara sederhana berarti tekanan berat-ringan yang meringkaskan kedua jenis aksentuasi lain.

Aksentuasi Jenis Brama 4/4

Untuk melodi 4/4, tekanan metriknya menggandakan tekanan berat dan ringan yang berlaku untuk lagu 2/4. Hanya ketukan pertama untuk lagu 4/4 mendapat tekanan berat utama dan ketukan ketiga mendapat tekanan relatif berat.

Berbagai penggalan melodik 4/4 berikut - ditandai garis ganda -memperjelas aturan dasar ini.

Tekanan metrik jenis birama empat-empat 

Tekanan metrik yang berat untuk birama pertama, ketiga, dan keempat jatuh pada ketukan pertama sementara tekanan metrik yang relatif berat pada ketukan ketiga.  Tanda > dengan satu titik di atasnya dipakai untuk tekanan metrik yang berat dan yang tanpa titik dipakai untuk tekanan metrik yang relatif berat. Tanda - dipakai untuk tekanan metrik yang ringan.Ketukan kedua dan keempat mendapat tekanan ringan. Penggalan melodik kedua dalam birama kedua dan ketiga diawali suatu ketukan "gantung", yaitu, ketukan keempat yang mendapat tekanan metrik yang ringan.

Penggalan melodik keempat (birama kelima dan keenam), kelima (birama ketujuh dan kedelapan), dan keenam (birama kesembilan dan kesepuluh) menunjukkan sinkopasi. Setiap ketukan pertama yang mendapat tekanan metrik yang berat dalam birama keenam, kedelapan, dan kesepuluh bergeser ke kiri pada ketukan ringan  (ketukan keempat birama kelima), ketukan ringan dan relatif berat (ketukan kedua-keempat birama ketujuh), dan ketukan relatif berat dan ringan (ketukan ketiga-keempat birama kesembilan).

Bagaimana tentang aksentuasi ritmik melodi jenis birama 4/4? Aturan dasar tekanan ritmik yang berat dan ringan yang berlaku untuk lagu 2/4 berlaku juga untuk lagu jenis birama 4/4. Hanya saja Anda perlu menggandakan aksentuasi ritmik 2/4 untuk 4/4, demikian:

Tekanan ritmik jenis birama empat-empat 

Pada dasarnya, tekanan ritmik yang berat, relatif berat, dan ringan Anda amati dalam setiap birama. Tapi di sana-sini, Anda memerhatikan beberapa penyesuaian aksentuasi ritmik. Penyesuaian ini disebabkan oleh kombinasi not dan tanda diam dari berbagai nilai, sinkopasi, dan triul pendek; kombinasi ini membentuk berbagai pola ritme. Pergeseran tekanan berat ke tekanan ringan terjadi pada sinkopasi (birama ketujuh dan kesembilan). Semua not paling kiri pada ketukan kedua dan keempat diberi tekanan metrik relatif berat. Sementara itu, semua pecahan not yang memakai tanda & yang Anda ucapkan sebagai and atau dan adalah tekanan metrik yang ringan. Pada kasus triul, not kedua dan ketiga yang Anda ucapkan sebagai e a dalam bahasa Inggris adalah juga tekanan metrik yang ringan.

Aksentuasi Sumatif Jenis Birama 4/4

Sudah dijelaskan bahwa aksentuasi metrik dan ritmik bisa terjadi serentak kalau setiap ketukan atau not sama nilainya dengan ketukan atau not lain dalam satu birama 2/4. Setiap not yang bernilai seperempat pas dengan setiap ketukan dalam jenis birama ini.

Aturan yang sama berlaku juga untuk jenis birama 4/4. Tentu jumlah tekanan berat dan ringan birama 2/4 harus digandakan supaya pas untuk jenis birama 4/4.

Tapi pola aksentuasi dari suatu ritme musikal tertentu tidak saja mencerminkan aksentuasi metrik dan ritmik yang terjadi bersama-sama. Pola ini mencerminkan juga pola tekanan yang terjadi karena divisi (pembagian atau pecahan) not yang lebih besar nilainya (seperti satu not bernilai seperempat) menjadi lebih kecil (seperti dua not yang masing-masing bernilai seperdelapan) dan juga subdivisi not ini menjadi pecahan dengan nilai yang lebih kecil (seperti empat not yang masing-masing bernilai seperenam belas untuk satu not bernilai seperempat).Gabungan pola aksentuasi metrik yang terjadi bersamaan dengan pola aksentuasi ritmik dan pola aksentuasi yang timbul dari divisi dan subdivisi ritme sebelumnya disebut aksentuasi sumatif.

Untuk mempermudah pemahaman Anda, aksentuasi sumatif dalam pelajaran ini dibatasi pada jenis birama 4/4. Simaklah tekanan berat, ringan, dan relatif berat dari aksentuasi sumatif berikut:

Aksentuasi sumatif empat-empat Catatan: R=Tekanan Ritmik; M=Tekanan Metrik; K=Ketukan; dan S=Tekanan Sumatif

Tekanan metrik selalu punya suatu akibat sumatif pada tingkat pecahan atau subdivisi apa pun pada ketukan yang berlaku.

Dalam birama 4/4 yang berisi ritme triul pendek, pola-pola aksentuasi saling bekerja sama secara sumatif. Untuk memahami pernyataan ini, tekanan metrik yang berat dan ringan dalam satu birama yang mencakup empat ketukan kita tandai dengan empat not yang masing-masing bernilai seperempat. Tekanan berat, ringan, dan relatif berat berlaku pada keempat ketukan ini. Setiap ketukan atau not itu lalu kita pecahkan menjadi tiga not yang masing-masing bernilai seperdelapan dan dipersatukan oleh satu garis lurus, satu bendera, menjadi satu triul pendek. Ini berarti ada empat triul pendek dalam satu birama; setiap triul terdiri dari tiga not dan mengalami tekanan berat dan ringan. Jumlah triul ini pun sama pada tekanan sumatif yang berat dan ringan dalam birama yang sama.

Kerja sama sumatif

Catatan: TM=Tekanan Metrik; TD=Tekanan Divisional atau Subdivisional; dan TS=Tekanan Sumatif

Dengan berbagai contoh tadi, kita akan memasukkan kata-kata pada penggalan-penggalan melodik tertentu. Kata-kata itu harus membentuk prosodi - keselarasan antara aksentuasi ritmik suku kata, aksentuasi ritmik melodi, dan aksentuasi sumatif. Untuk itu, saya akan menggunakan potongan-potongan nyanyian pop berbahasa Inggris tertentu sebagai contoh penjelasan.

The hawaiian wedding song penggalan

Tiga penggalan melodik dari The Hawaiian Wedding Song yang dipopulerkan ke seluruh dunia oleh Elvis Presley menunjukkan prosodi yang sempurna. Ada keselarasan antara tekanan suku kata, kata bersuku kata tunggal, dan tekanan ritmik pada potongan melodik. Tekanan suku kata penggalan syair tadi dicetak dengan huruf tebal demikian: This is the mo-ment./ I will love you long-er than for-ev-er./ Now that we are one.Untuk merasakan ritmenya, bacalah semua suku kata atau kata bersuku kata tunggal yang dicetak dengan huruf tebal dengan suara yang lebih nyaring daripada suku kata atau kata bersuku kata tunggal yang mendapat tekanan ringan. Ritme melodik yang dibentuk oleh rangkaian not dengan berbagai nilai menunjang tekanan berat dan ringan kata-katanya secara serasi sekali. Kata bersuku kata tunggal one mendapat tekanan berat karena pecahan not ringan pada ketukan keempat dalam birama kelima menjadi berat oleh sinkopasi, pergeseran tekanan berat dari not terakhir dalam birama keenam ke not ringan ini.

Satu contoh lagi tentang prosodi yang benar diambil dari  suatu lagu kebangsaan Indonesia, Maju Tak Gentar, ciptaan Cornel Simanjuntak. Ini barangkali salah satu dari sedikit lagu kebangsaan Indonesia yang menunjukkan keserasian yang sempurna antara tekanan ritmik pada melodi dan kata-katanya.

Maju tak gentar prosodi

Untuk merasakan ritme syair lagu ini dan keselarasannya dengan ritme melodik, bacalah suku kata dan kata bersuku kata tunggal yang dicetak dengan huruf tebal lebih nyaring daripada yang mendapat tekanan ringan (tidak dicetak dengan huruf tebal). Ma-ju tak gen-tar mem-be-la yang be-nar./Ber-ge-rak, ber-ge-rak se-ren-tak, se-ren-tak,/ me-ner-kam, me-ner-jang ter-jang./ Perpaduan ritme syair dengan ritme melodik membentuk suatu prosodi yang sempurna, yang jarang ada dalam lagu-lagu ciptaan komponis Indonesia.

Aksentuasi dalam Birama 3/4

Suatu lagu yang memakai jenis birama 3/4 pada dasarnya dikendalikan oleh tekanan berat dan ringan secara metrik, ritmik, dan sumatif. Akan tetapi, pola distribusi aksentuasinya agak berbeda dengan yang sudah Anda pelajari pada aksentuasi dalam jenis birama 2/4 dan 4/4. Polanya demikian:

Aksentuasi birama tiga-empat

 

Birama ketiga menunjukkan dengan jelas ciri khas melodi berjenis birama 3/4. Ketukan pertama mendapat tekanan metrik dan ritmik yang berat. Ketukan kedua dan ketiga masing-masing mendapat ketukan metrik dan ritmik yang ringan.

Beberapa contoh penggalan nyanyian dalam bahasa Inggris dan Indonesia akan memperjelas tekanan metrik, ritmik, dan sumatif jenis birama 3/4.

Contoh aksentuasi tiga-empat

Kutipan syair bahasa Inggris berasal dari lagu Edelweiss yang terkenal dalam film The Sound of Music. Tekanan suku kata dan katanya selaras dengan tekanan ritmik pada penggalan melodiknya. Blos-soms of snow, may you bloom and grow. Tapi penggalan syair suatu lagu rakyat dari Teluk Wondama, Papua, berjudul Kuri-Pasai hampir seluruhnya membentuk prosodi dengan tekanan ritmik penggalan melodiknya. Kata yang suku katanya bertabrakan dengan tekanan ritmik pada melodinya adalah -si dari kata pesisir. Sesuai aturan ujaran bahasa Indonesia, suku kata kedua diucapkan paling nyaring dari kedua suku kata yang lain; jadi, pe-si-sir. Tapi kalau kata ini Anda baca sesuai tekanan ritmik melodinya, Anda menghasilkan pe-si-sir, suatu penekanan yang keliru. Kata-kata selebihnya selaras dengan penggalan melodiknya.

Empat Langkah untuk Memahami Prosodi

Untuk pemahaman lanjutan Anda tentang prosodi dalam musik modern, ada beberapa langkah yang bisa Anda tempuh. Pertama, pelajarilah lagu atau nyanyian yang prosodinya betul. Maju Tak Gentar karya Cornel Simanjuntak, nyanyian-nyanyian gereja dalam Kidung Jemaat dan Mazmur dan Nyanyian Rohani, partitur-partitur asli -yang jiiplakan bisa mengabaikan prosodi - terbitan luar negeri yang berisi bermacam-macam lagu berbahasa Inggris, dan rekaman-rekaman nyanyian populer dalam bahasa Inggris yang dinyanyikan penyanyi asli - bukan peniru dari Indonesia karena mereka bisa membuat variasi yang mengabaikan prosodi - adalah beberapa sumber yang bisa Anda pakai. Kedua, berhati-hatilah terhadap nyanyian-nyanyian berbahasa Inggris ciptaan orang Indonesia. Banyak yang tidak memahami prosodi dan menghasilkan syair bahasa Inggris yang selain tidak lazim dan kedengaran aneh dari segi ritme bahasa mengabaikan juga prosodi (karena penciptanya tidak mengerti apa itu prosodi). Ketiga, berlatihlah membuat syair untuk melodi yang sudah ada. Ini suatu langkah sederhana bagi Anda untuk mempraktekkan prosodi yang betul. Keempat, kalau Anda seorang pencipta lagu dan syair, berlatihlah membuat syair yang selaras tekanannya dengan tekanan melodik. Dengan berlatih demikian, Anda akan memperdalam pemahaman dan penguasaanmu tentang prosodi dalam musik.

Sesudah memahami aksentuasi metrik, ritmik, dan sumatif berturut-turut melalui bab 11, Anda sudah dipermudah untuk memahami nada-nada non-harmonik. Bab berikut akan membahasnya lebih jauh.

LATIHAN 1

Tandailah not-not dari potongan melodi berikut dengan tekanan metrik yang berat, ringan, dan/atau relatif berat. Ikutilah contoh pada birama pertama. Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan satu duabelas

LATIHAN 2

Tandailah not-not dari potongan melodi Latihan 1 dengan tekanan ritmik yang berat, ringan, dan/atau relatif berat. Ikutilah contoh pada birama pertama. Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan dua duabelas

LATIHAN 3

Latihan berikut terdiri dari potongan satu lagu pop AS, My Way, satu lagu pop Indonesia, Kemesraan Ini, satu lagu rakyat Papua, Selamat Jalan, dan satu lagu ciptaan saya, Nona Rina. Nyanyikanlah setiap potongan ini, kemudian tentukanlah tekanan ritmik yang berat, relatif berat, dan ringan dari penggalan melodik dan liriknya. Ada penggalan melodik yang prosodinya kurang bagus; Anda perlu mengidentifikasi konflik antara tekanan suku kata dan tekanan melodik di dalamnya. Ada juga penggalan melodik yang prosodinya sempurna.Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan tiga duabelas

LATIHAN 4

Ciptakanlah lagumu sendiri yang memakai jenis birama 2/4, 3/4, atau 4/4. Pastikanlah bahwa ada prosodi atau keselarasan antara tekanan suku kata dan melodik dalam lagu ciptaanmu. Kalau Anda ragu tentang prosodi itu dan membutuhkan bantuan saya, Anda bisa mengirimkannya pada saya melalui alamat e-mail saya: seba.woseba@gmail.com.

Jawaban yang Betul

LATIHAN 1: Teruskanlah setiap contoh dan pastikanlah tanda-tanda itu diberikan tepat di bawah setiap ketukan.

LATIHAN 2

 Latihan dua duabelas jawaban

 LATIHAN 3

My Way: Keselarasannnya dengan frasa melodiknya betul. Tekanan kata dan suku kata yang berpadu dengan tekanan  ritmik dan sumatif yang berat-ringan-relatif berat dari melodi demikian: I faced it all and I stood tall and did it my way.

Kemesraan Ini: Ada konflik prosodik pada potongan nyanyian ini. Frasa kalimat yang dibaca sesuai dengan tekanan melodiknya menghasilkan tekanan suku kata yang berlawanan dengan tekanan lazim dalam bahasa Indonesia lisan masa kini. Konflik prosodiknya terdapat pada kata Ke-mes-ra-an, ce-pat, ber-la-lu.

 Selamat Jalan: Frasa nyanyian ini pun berisi konflik prosodik pada kata-kata berikut yang tekanan suku katanya bertabrakan dengan tekanan melodik: Sa-tu, ber-la-buh, Ma-no-kwa-ri.

Nona Rina: Tidak ada konflik prosodik. Tekanan suku kata dan tekanan melodik bekerja sama secara sempurna: Oh, No-na Ri-na, Ri-na, Ri-na sa-yang-ku. Se-pu-tih sal-ju gi-gi-mu.

Tidak ada komentar: