30 Agustus 2008

13. Nada-Nada Non-harmonik

Apa itu nada-nada non-harmonik? Itulah nada-nada di luar susunan akord yang Anda pakai untuk mengiringi suatu lagu tapi yang Anda pakai sebagai variasi nada-nada harmonik dalam suatu melodi. Dengan kata lain, nada-nada non-harmonik Anda pakai sebagai sisipan di antara nada-nada harmonik dari suatu melodi, suatu gerak rangkaian nada secara "linear" atau "horisontal". (Dalam arti ketat, melodi tidak bergerak secara linear atau horisontal dalam arti lurus atau datar ke depan; melodi bisa bergerak lurus ke depan - biasanya, sebagai frasa - dan bisa juga naik-turun atau menjadi campuran kedua macam gerak ini.) Jelaslah bahwa nada-nada non-harmonik bukanlah bagian dari akord melainkan bagian dari melodi.

Tiga Jenis Nada Non-harmonik

Anda akan memelajari tiga dari beberapa jenis nada non-harmonik yang lazim dipakai dan secara praktis lebih mudah dipelajari melalui not-notnya. Pertama, not-not samping atau ampiran - disebut passing notes dalam bahasa Inggris; kedua, not-not tetangga - disebut neighboring notes dalam bahasa Inggris; dan, ketiga, not-not yang ditunda - disebut suspension dalam bahasa Inggris.

Not samping/ampiran

Suatu not samping adalah suatu not bantu yang menghubungkan dua not akord yang berdekatan. Dua not berdekatan dalam triad-triad dari tangganada diatonik mayor C, misalnya, adalah dua pasangan not yang masing-masing membentuk interval ketiga. Triad C, F, dan G masing-masing dibentuk oleh pasangan interval ketiga: do-mi dan mi-sol (C), fa-la dan la-do (F), dan sol-si dan si-re (G). Semua pasangan not ini membentuk nada-nada akord C, F, dan G, disebut juga nada-nada harmonik. Untuk melenturkan gerak melodi demi variasi, Anda bisa menyisipkan not-not bantu di antara not-not akord tadi, not-not yang akan membentuk interval kedua. Not-not ini disebut not-not non-akord atau not-not non-harmonik karena tidak berasal dari akord-akord yang dipakai. Untuk setiap jenis triad tadi, Anda menyisipkan not-not non-harmonik yang disebut not-not samping/ampiran, demikian:

Nama triad Not-not akord Not-not samping/
ampiran
C do-mi-sol do-re-mi-fa-sol
F fa-la-do fa-sol-la-si-do
G sol-si-re sol-la-si-do-re

Anda memerhatikan bahwa setiap pasangan not yang berdekatan - seperti do-mi dan mi-sol dari triad C - disisipi not-not bantu - seperti re dan fa untuk triad ini. Not-not bantu ini disebut not-not samping atau ampiran.

Not-not samping atau ampiran bisa menghasilkan bentuk gerak yang naik, turun, turun-naik, atau naik-turun. Untuk jelasnya, simaklah contoh-contoh berikut:

Not samping 1

Not samping atau ampiran Anda ketahui dengan dua cara. Pertama, melalui not-not akord yang disisipi not-not samping pada paranada di atas. Semua not akord berkepala putih; semua not samping berkepala hitam. Dalam contoh potongan lagu yang memakai birama 4/4 ini, kedua not ampiran dipakai pada ketukan  yang ringan, yaitu, ketukan kedua dalam satu birama. Kedua, berdasarkan not-not sampingnya. Tapi berdasarkan tekanan sumatifnya, not samping yang adalah not pertama dalam pasangannya mendapat tekanan ritmik yang agak berat. Tekanan ritmik ini didukung oleh tekanan agak berat dari suku kata se- dari kata sebentar dalam birama kedua dan suku kata re- dari kata repot dalam birama keempat. Kedua not samping ini diapit oleh dua interval ketiga yang naik, yaitu, fa di antara interval mi-sol dalam birama kedua dan re di antara interval ketiga do-mi dalam birama keempat. Kedua not ampiran ini membentuk nada-nada non-harmonik pada akord C yang dipakai.

Not samping 2

Contoh kedua menunjukkan potongan melodi yang bergerak turun-naik melalui not-not sampingnya. Pasangan not yang membentuk interval ketiga dalam birama pertama dan kedua, yaitu, mi-sol diselingi dua not ampiran. Yang satu, re, bergerak turun dan membentuk interval kedua turun dengan not mi di kirinya. Yang lain, fa, bergerak naik dan membentuk interval kedua juga dengan not mi di kirinya. Not-not samping lain, si dan re, membentuk rangkaian melodi yang bergerak turun-nailk juga dalam birama ketiga dan keempat. Keempat not ampiran ini dipakai pada ketukan ringan. Kedua not ampiran yang membentuk interval kedua turun mendapat tekanan sumatif yang ringan karena berada di kanan pasangannya sementara kedua not ampiran lainnya yang membentuk interval kedua naik mendapat tekanan sumatif yang agak berat. Keempat not samping ini membentuk nada-nada non-harmonik pada akord C yang dipakai.

Not samping 3

Berbeda dengan kedua contoh pertama yang memakai akord C, contoh ketiga memakai akord G. Kedua not samping yang membentuk nada-nada non-harmonik pada akord ini adalah la dalam birama pertama dan do dalam birama ketiga. Pasangan not si-sol yang membentuk interval ketiga diselingi not samping la yang membentuk interval kedua bawah dengan not si dan interval kedua atas dengan not sol. Pasangan not re-si yang membentuk interval ketiga lain disisipi not ampiran do yang membentuk juga interval kedua bawah dan atas dengan kedua not akord tadi. Berbeda dengan kedua contoh tadi, kedua not ampiran dalam contoh ketiga malah dipakai pada ketukan ketiga yang relatif berat. Masing-masing adalah juga not pertama dari pasangannya dan membentuk tekanan sumatif yang agak berat.

Not-not tetangga

Suatu not tetangga adalah suatu not hiasan yang disisipkan di antara dua not akord dengan tingginada yang sama dan membentuk interval kedua dengan not akord itu. Dengan kata lain, suatu not tetangga diapit oleh sepasang not yang membentuk interval kesatu, seperti do-do, re-re, mi-mi, fa-fa, sol-sol, la-la, dan si-si. Sebagai not hiasan, not tetangga menambah variasi pada not akord tunggal.

Tabel berikut meringkaskan beberapa not tetangga dalam tangganada diatonik mayor C:

Not-not akord Not-not tetangga
do-do do-re-do
mi-mi mi-fa-mi
la-la la-sol-la

Setiap not tetangga - berhuruf tebal - membentuk interval kedua dengan not akord yang sama di kiri dan kanannya.

Not-not tetangga dibedakan menjadi tiga jenis utama. Ada not tetangga atas, bawah, dan kombinasi.

Simaklah ketiga jenis utama tadi pada contoh-contoh berikut:

Not tetangga atas 1

Not tunggal sol (G) yang diulang-ulangi diselingi not tetangga yang satunada lebih tinggi dari not tunggal itu. Not tetangga atas ini dipakai pada ketukan ringan, yaitu, ketukan keempat dalam birama kedua dan ketiga. Not tetangga ini membentuk nada-nada non-harmonik dari akord G.

Not tetangga atas 2

Variasi lain dari not tetangga atas. Not la (A) dan re (D) menyelingi not akord sol dan do (C). Tapi kedua not bantu ini dipakai pada ketukan ringan - ketukan keempat dan juga pada ketukan berat - ketukan pertama. Kedua-duanya membentuk interval kedua atas (la-sol dan re-do) dan sekaligus nada-nada non-harmonik dari akord C.

Not tetangga bawah 1

Not tetangga kali ini membentuk interval kedua bawah (fa-sol, re-mi) dengan dua not dalam akord C, yaitu, sol dan mi. Kedua not tetangga ini dipakai pada ketukan ringan, yaitu, ketukan kedua; meskipun demikian, masing-masing dipakai di sebelah kiri pada pasangannya. Ini mengakibatkan setiap not tetangga tadi mendapat tekanan sumatik yang agak berat. Apapun juga, kedua-duanya membentuk nada-nada non-harmonik dari akord C.

Not tetangga bawah 2 

Variasi lain dari not tetangga bawah. Not tetangga fa membentuk interval kedua bawah dengan not tunggal sol. Not ini dipakai pada ketukan kedua; tekanan sumatif berlaku pada not fa pertama dari pasangan yang masing-masing bernilai seperempat. Not fa membentuk nada non-harmonik dari akord C.

Not tetangga kombinasi

Contoh keempat menggabungkan not-not tetangga atas dan bawah pada not-not akord. Not fa dan la menyelingi not sol sementara not si dan re menyelingi not do. Not fa dan si dipakai pada tekanan berat sementara not la dan re pada tekanan ringan. Kedua not tetangga ini membentuk nada-nada non-harmonik dari akord C dan G.

 Suspension

Istilah bahasa Inggris ini berarti nada yang ditangguhkan. Suspension adalah suatu nada akord yang ditahan melewati suatu perubahan harmoni. Misalnya, Anda memainkan akord G (sol-si-re-sol) dari tangganada diatonik mayor C pada ketukan keempat suatu birama kemudian pindah ke akord F (fa-la-do-fa) pada ketukan pertama birama berikutnya. Meskipun akord sudah berubah dari G ke F, nada paling tinggi akord G, yaitu sol (G), masih ditahan melintasi garis birama ke ketukan satu birama berikutnya. Pada ketukan ini, not paling tinggi akord F adalah fa. Tapi karena not sol dari G masih ditahan di atas not fa, maka yang Anda hasilkan adalah susunan not fa-la-do-fa-sol. Akord F dengan nada sol yang ditangguhkan dari akord G di depannya adalah suatu contoh suspension, nada yang ditangguhkan. Nada yang ditangguhkan seperti ini mengakibatkan akord F kedengaran janggal, tidak "enak" dan tegang di telinga musikal Anda. Karena sifatnya yang janggal atau tegang, ia harus dikendorkan oleh suatu akord yang berbunyi tenang, teduh, seperti akord C (mi-sol-do-mi) pada ketukan kedua birama yang memakai akord F tadi.

Suspension g-f

Tanda panah ke kiri menunjukkan not sol dari akord G yang ditangguhkan melewati garis birama dan membentuk not sol dari akord F pada ketukan berat.

Pengendoran nada yang ditangguhkan mengikuti arah turun ke suatu nada akord yang lain yang tidak boleh janggal. Lazimnya, penurunan nada yang ditangguhkan membentuk interval kedua bawah. Interval kedua bawah yang lazim dipakai dalam suspension adalah 4-3, 7-6, 9-8, dan 2-3 (untuk bas). Dalam tangganada diatonik mayor C, ini berarti not paling tinggi dari nada yang ditangguhkan dan nada kedua yang mengendorkannya bisa Anda temukan pada gitarmu, demikian:

  • 4-3: Csus-C, Fsus-F, Gsus-G, F-C atau G7-C (Kunci: C mayor)
  • 7-6: D-Em, D-C atau D-Am (Kunci: G mayor)
  • 9-8: B7-E atau B7-A (Kunci: E mayor)
  • 2-3: Dm-Em, Dm-Am/E, G/D-C/E, G/D-Em, atau G/D-Am/E (Untuk bas, kunci: C mayor)

Akord-akord untuk kunci G dan E mayor nanti akan Anda pelajari. Contoh akord-akord dalam kedua kunci ini sekadar untuk penjelasan.

Kemudian, huruf besar di kanan garis miring dari akord-akord dalam kunci C mayor menunjukkan nada bas. Penulisan akord macam ini pun akan Anda pelajari pada kesempatan lain.

Selanjutnya, nada yang ditangguhkan dan penurunannya punya ciri dan aturannya. Dalam kaitan ini, ada dua macam suspension: suspension yang disiapkan dan yang tidak disiapkan.

Lalu, apa peranan atau fungsi nada-nada yang ditangguhkan dalam suatu melodi atau lagu? Nada-nada ini memberi kontras pada suatu melodi, kontras yang menegangkan, yang dirasa sebagai seni. Kontras yang menegangkan ini lalu dikendorkan melalui akord yang tidak janggal, yang tenang atau "merdu".

Suspension yang disiapkan

Dalam suatu nyanyian, suatu akord dari suatu birama sudah berubah pada ketukan berat birama berikutnya. Tapi nada melodi akord lama dipertahankan pada ketukan berat lalu berubah pada ketukan ringan birama kedua. Nada melodi yang berubah ini menjadi suatu bagian dari akord yang baru. Penangguhan nada macam ini disebut suspension yang disiapkan.

Simaklah contoh suspension yang disiapkan berikut:

Suspension disiapkan 

Penggalan melodik pertama berasal dari Bangun Pemudi-Pemuda, suatu lagu nasional karya A. Simanjuntak. Penggalan kedua dikutip dari Kami Puji dengan Riang, suatu lagu gereja terjemahan dari syair Joyful, Joyful, We Adore Thee yang lagunya ciptaan Ludwig van Beethoven tahun 1824, dalam Kidung Jemaat (nomor 3) terbitan Yayasan Musik Gereja di Indonesia, Jakarta 1997. Kunci mayor dan progresi akord kedua penggalan melodik tadi saya tambahkan.

Tiga tanda panah dalam tiga birama yang berbeda menunjukkan tiga not akord yang ditangguhkan dari satu birama melintasi birama lainnya pada ketukan pertama yang berat. Not-not yang ditangguhkan adalah sol (D) dalam birama kedua, not sol dalam birama keenam, dan mi (A) dalam birama kedelapan. Sementara itu, akord pada ketiga birama tadi berubah, berturut-turut dari G ke C, G ke D, dan G ke G/D. Not paling tinggi dari akord G/D yang dipakai pada ketukan berat adalah juga D (sol). Not-not yang ditangguhkan itu paling mudah Anda bedakan kalau Anda memainkan akord-akord penggalan melodik tadi dan menenemukan not-not paling atas yang membentuk not-not yang ditangguhkan itu pada gitarmu.

Suspension yang tidak disiapkan

Kebalikan dari suspension jenis pertama adalah suspension yang tidak disiapkan. Nada ditangguhkan macam ini dihasilkan ketika suatu akord dari suatu birama berubah menjadi akord lain pada ketukan berat birama berikutnya. Tapi melodi menyeberangi birama yang satu ke yang lain dengan masih mempertahankan nada yang sama pada ketukan berat lalu berubah memakai not dari akord yang baru pada ketukan ringan dari birama berikutnya. Nada melodi pertama yang ditangguhkan melintasi dua birama masih kedengaran janggal dan menegangkan ketika dipakai pada ketukan berat lalu menjadi merdu dan kendor pada ketukan kedua.

Simaklah contoh-contoh suspension yang tidak disiapkan berikut:

Suspension tak disiapkan

Ada tiga potongan melodik sebagai contoh penjelasan nada ditangguhkan yang tidak disiapkan. Pertama, potongan melodik Kole-Kole, suatu lagu rakyat Ambon; kedua, Halo-Halo Bandung, suatu lagu perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan, ketiga, Doa untuk Pernikahan, ciptaan saya. Kunci mayor dan progresi akord saya tambahkan.

Not-not ditangguhkan yang tak disiapkan ditandai oleh tanda panah. Not re (A) birama ketiga, not re birama ketujuh, dan not fa (C) birama kesebelas adalah ketiga not suspension yang tidak disiapkan dalam ketiga penggalan melodik tadi. Ketiga-tiganya dipakai sebagai kontras melodik yang menegangkan dan sekaligus sebagai variasi yang berseni pada ketukan berat, disusul not akord pada ketukan ringan.

Nada-Nada Non-harmonik dalam Berbagai Lagu

Banyak melodi, dari lagu rakyat sampai dengan lagu klasik Barat, memakai kombinasi nada-nada harmonik dan non-harmonik. Nada-nada harmonik jelas ada pada akord. Tiga di antara nada-nada non-harmonik yang sudah Anda pelajari mencakup nada samping/ampiran, nada tetangga, dan suspension. Nada yang ditangguhkan membentuk interval kedua dengan nada di kiri-kanannya kalau ia disiapkan tapi membentuk interval kedua hanya dengan nada di kanannya kalau ia tidak disiapkan. Interval kedua ini bisa kecil (minor), seperti 4-3 atau 1-7, dan bisa besar (mayor), seperti 7-6 dan 9-8.

Dua lagu rakyat Papua yang memakai tangganada diatonik mayor bisa memperjelas nada-nada ampiran dan tetangga. Yang pertama, Tidurlah Anakku; dan yang kedua, Gara-Gara Janda Muda. Saya menambahkan kunci dan progresi akordnya.

Lagu buaian manokwari

Ada tiga nada non-harmonik yang ditandai anak panah. Semuanya menjadi bagian dari pasangan not yang dipakai pada ketukan ringan. Tapi semuanya mendapat tekanan sumatif yang agak berat.

Jenis nada non-harmonik apakah yang dibentuknya? Nada fa (F) dalam birama kedua, bukan nada akord C, adalah nada samping menurun karena diapit oleh pasangan nada sol (G) dan mi (E) yang membentuk interval ketiga bawah. Nada mi (E), bukan nada akord G, membentuk juga nada ampiran menurun karena ada di antara nada fa dan re yang membentuk interval ketiga bawah juga. Nada mi yang terakhir adalah juga nada samping dan diapit oleh pasangan not fa dan re, suatu interval ketiga bawah.

gara-gara janda muda

Lagu rakyat Papua yang memakai tangganada diatonik mayor ini terkenal dalam tarian rakyat yosim-pancar (yospan) Papua tahun 1970-an. Dibanding nyanyian nina bobok tadi, nyanyian rakyat kedua berisi lebih banyak nada-nada non-harmonik, ditandai anak panah.  Rinciannya demikian:

Birama Nama nada Jenis nada non-harmonik Keterangan
1, 2 re (A), fa (C) Nada tetangga bawah (mi-re-mi)  dan atas (mi-fa-mi). Nada mi kedua dalam urutan mi-fa-mi adalah nada pertama dalam birama kedua; kedua nada mendapat tekanan sumatif yang ringan.
3, 4 re Re pertama membentuk nada tetangga bawah (re-do-re); re kedua membentuk nada samping atas (re-do-si). Nada si dalam urutan re-do-si adalah nada pertama dalam birama keempat; kedua nada re mendapat tekanan sumatif yang agak berat.
5, 6 do (G), mi (B) Nada do membentuk nada tetangga bawah (re-do-re) sementara nada mi membentuk nada tetangga atas (re-mi-re). Nada re kedua dari urutan re-mi-re adalah nada pertama dalam birama keenam; masing-masing nada mendapat tekanan sumatif yang ringan.
7 mi Nada mi pertama membentuk nada samping menurun (fa-mi-re) sementara nada mi kedua membentuk nada tetangga bawah (mi-re-mi). Kedua nada mi mendapat tekanan sumatif yang agak berat.

 

Sesudah memahami pemakaian nada-nada samping dan tetangga sebagai bagian dari nada-nada non-harmonik, Anda perlu memahami lebih baik pemakaian nada-nada yang ditangguhkan pada lagu-lagu lain. Karena tidak seluruh lagu berisi nada-nada yang ditangguhkan, Anda akan memelajarinya melalui penggalan-penggalan melodik tertentu.

Contoh suspension

Kedua potongan melodik tadi dikutip dari Rayuan Pulau Kelapa, suatu lagu nasional Indonesia, dan Dalam Dunia yang G'lap, suatu nyanyian jemaat Kristen. Nada-nada yang ditangguhkan ditunjukkan oleh tanda panah. Baik kunci maupun progresi akordnya saya tambahkan.

Frasa melodik pertama berisi dua nada suspension yang tidak disiapkan, yaitu, la (A) dan re (D), pada ketukan berat. Kedua nada ini diikuti oleh not akord, masing-masing pada ketukan kedua sebagai ketukan ringan.

Potongan melodik kedua adalah refrein dari nyanyian gereja tadi. Semua nadanya yang ditangguhkan adalah suspension yang disiapkan dan dipakai pada ketukan berat. Nada-nada yang ditangguhkan ini lalu diikuti not-not akord yang tenang.

Sesudah penjelasan tentang nada-nada non-harmonik, Anda sudah siap untuk menentukan dengan lebih mudah akord-akord dan progresi akord suatu lagu. Anda tidak akan dibingungkan oleh nada-nada sisipan yang adalah nada-nada non-harmonik. Pelajaran berikut akan menuntun Anda untuk mempermudah penetapan akord dan progresi akord Anda.

18 Agustus 2008

12. Aksentuasi Metrik, Ritmik, dan Sumatif

Dari penjelasan tentang aksentuasi metrik dan ritmik untuk jenis birama 2/4, Anda tidak akan sulit memahami tekanan berat dan ringan untuk jenis birama 4/4. Ia pada dasarnya adalah gabungan jenis birama 2/4. Sesudah memahami aturan aksentuasi untuk jenis birama 4/4, Anda perlu juga memahami aturan untuk jenis birama 3/4. Jenis birama ini tidak mengikuti pola aksentuasi yang sama dengan kedua jenis birama lainnya. Ketiga jenis birama ini sering dipakai untuk menciptakan jutaan lagu, dengan jenis birama 4/4 sebagai yang paling banyak dipakai.

Tapi dalam pelajaran lalu, Anda hanya mengenal dua macam aksentuasi: aksentuasi metrik dan ritmik. Sebenarnya, ada tiga macam aksentuasi dalam musik. Dua sudah dijelaskan dan akan diperjelas dalam pelajaran ini. Yang ketiga disebut aksentuasi sumatif, secara sederhana berarti tekanan berat-ringan yang meringkaskan kedua jenis aksentuasi lain.

Aksentuasi Jenis Brama 4/4

Untuk melodi 4/4, tekanan metriknya menggandakan tekanan berat dan ringan yang berlaku untuk lagu 2/4. Hanya ketukan pertama untuk lagu 4/4 mendapat tekanan berat utama dan ketukan ketiga mendapat tekanan relatif berat.

Berbagai penggalan melodik 4/4 berikut - ditandai garis ganda -memperjelas aturan dasar ini.

Tekanan metrik jenis birama empat-empat 

Tekanan metrik yang berat untuk birama pertama, ketiga, dan keempat jatuh pada ketukan pertama sementara tekanan metrik yang relatif berat pada ketukan ketiga.  Tanda > dengan satu titik di atasnya dipakai untuk tekanan metrik yang berat dan yang tanpa titik dipakai untuk tekanan metrik yang relatif berat. Tanda - dipakai untuk tekanan metrik yang ringan.Ketukan kedua dan keempat mendapat tekanan ringan. Penggalan melodik kedua dalam birama kedua dan ketiga diawali suatu ketukan "gantung", yaitu, ketukan keempat yang mendapat tekanan metrik yang ringan.

Penggalan melodik keempat (birama kelima dan keenam), kelima (birama ketujuh dan kedelapan), dan keenam (birama kesembilan dan kesepuluh) menunjukkan sinkopasi. Setiap ketukan pertama yang mendapat tekanan metrik yang berat dalam birama keenam, kedelapan, dan kesepuluh bergeser ke kiri pada ketukan ringan  (ketukan keempat birama kelima), ketukan ringan dan relatif berat (ketukan kedua-keempat birama ketujuh), dan ketukan relatif berat dan ringan (ketukan ketiga-keempat birama kesembilan).

Bagaimana tentang aksentuasi ritmik melodi jenis birama 4/4? Aturan dasar tekanan ritmik yang berat dan ringan yang berlaku untuk lagu 2/4 berlaku juga untuk lagu jenis birama 4/4. Hanya saja Anda perlu menggandakan aksentuasi ritmik 2/4 untuk 4/4, demikian:

Tekanan ritmik jenis birama empat-empat 

Pada dasarnya, tekanan ritmik yang berat, relatif berat, dan ringan Anda amati dalam setiap birama. Tapi di sana-sini, Anda memerhatikan beberapa penyesuaian aksentuasi ritmik. Penyesuaian ini disebabkan oleh kombinasi not dan tanda diam dari berbagai nilai, sinkopasi, dan triul pendek; kombinasi ini membentuk berbagai pola ritme. Pergeseran tekanan berat ke tekanan ringan terjadi pada sinkopasi (birama ketujuh dan kesembilan). Semua not paling kiri pada ketukan kedua dan keempat diberi tekanan metrik relatif berat. Sementara itu, semua pecahan not yang memakai tanda & yang Anda ucapkan sebagai and atau dan adalah tekanan metrik yang ringan. Pada kasus triul, not kedua dan ketiga yang Anda ucapkan sebagai e a dalam bahasa Inggris adalah juga tekanan metrik yang ringan.

Aksentuasi Sumatif Jenis Birama 4/4

Sudah dijelaskan bahwa aksentuasi metrik dan ritmik bisa terjadi serentak kalau setiap ketukan atau not sama nilainya dengan ketukan atau not lain dalam satu birama 2/4. Setiap not yang bernilai seperempat pas dengan setiap ketukan dalam jenis birama ini.

Aturan yang sama berlaku juga untuk jenis birama 4/4. Tentu jumlah tekanan berat dan ringan birama 2/4 harus digandakan supaya pas untuk jenis birama 4/4.

Tapi pola aksentuasi dari suatu ritme musikal tertentu tidak saja mencerminkan aksentuasi metrik dan ritmik yang terjadi bersama-sama. Pola ini mencerminkan juga pola tekanan yang terjadi karena divisi (pembagian atau pecahan) not yang lebih besar nilainya (seperti satu not bernilai seperempat) menjadi lebih kecil (seperti dua not yang masing-masing bernilai seperdelapan) dan juga subdivisi not ini menjadi pecahan dengan nilai yang lebih kecil (seperti empat not yang masing-masing bernilai seperenam belas untuk satu not bernilai seperempat).Gabungan pola aksentuasi metrik yang terjadi bersamaan dengan pola aksentuasi ritmik dan pola aksentuasi yang timbul dari divisi dan subdivisi ritme sebelumnya disebut aksentuasi sumatif.

Untuk mempermudah pemahaman Anda, aksentuasi sumatif dalam pelajaran ini dibatasi pada jenis birama 4/4. Simaklah tekanan berat, ringan, dan relatif berat dari aksentuasi sumatif berikut:

Aksentuasi sumatif empat-empat Catatan: R=Tekanan Ritmik; M=Tekanan Metrik; K=Ketukan; dan S=Tekanan Sumatif

Tekanan metrik selalu punya suatu akibat sumatif pada tingkat pecahan atau subdivisi apa pun pada ketukan yang berlaku.

Dalam birama 4/4 yang berisi ritme triul pendek, pola-pola aksentuasi saling bekerja sama secara sumatif. Untuk memahami pernyataan ini, tekanan metrik yang berat dan ringan dalam satu birama yang mencakup empat ketukan kita tandai dengan empat not yang masing-masing bernilai seperempat. Tekanan berat, ringan, dan relatif berat berlaku pada keempat ketukan ini. Setiap ketukan atau not itu lalu kita pecahkan menjadi tiga not yang masing-masing bernilai seperdelapan dan dipersatukan oleh satu garis lurus, satu bendera, menjadi satu triul pendek. Ini berarti ada empat triul pendek dalam satu birama; setiap triul terdiri dari tiga not dan mengalami tekanan berat dan ringan. Jumlah triul ini pun sama pada tekanan sumatif yang berat dan ringan dalam birama yang sama.

Kerja sama sumatif

Catatan: TM=Tekanan Metrik; TD=Tekanan Divisional atau Subdivisional; dan TS=Tekanan Sumatif

Dengan berbagai contoh tadi, kita akan memasukkan kata-kata pada penggalan-penggalan melodik tertentu. Kata-kata itu harus membentuk prosodi - keselarasan antara aksentuasi ritmik suku kata, aksentuasi ritmik melodi, dan aksentuasi sumatif. Untuk itu, saya akan menggunakan potongan-potongan nyanyian pop berbahasa Inggris tertentu sebagai contoh penjelasan.

The hawaiian wedding song penggalan

Tiga penggalan melodik dari The Hawaiian Wedding Song yang dipopulerkan ke seluruh dunia oleh Elvis Presley menunjukkan prosodi yang sempurna. Ada keselarasan antara tekanan suku kata, kata bersuku kata tunggal, dan tekanan ritmik pada potongan melodik. Tekanan suku kata penggalan syair tadi dicetak dengan huruf tebal demikian: This is the mo-ment./ I will love you long-er than for-ev-er./ Now that we are one.Untuk merasakan ritmenya, bacalah semua suku kata atau kata bersuku kata tunggal yang dicetak dengan huruf tebal dengan suara yang lebih nyaring daripada suku kata atau kata bersuku kata tunggal yang mendapat tekanan ringan. Ritme melodik yang dibentuk oleh rangkaian not dengan berbagai nilai menunjang tekanan berat dan ringan kata-katanya secara serasi sekali. Kata bersuku kata tunggal one mendapat tekanan berat karena pecahan not ringan pada ketukan keempat dalam birama kelima menjadi berat oleh sinkopasi, pergeseran tekanan berat dari not terakhir dalam birama keenam ke not ringan ini.

Satu contoh lagi tentang prosodi yang benar diambil dari  suatu lagu kebangsaan Indonesia, Maju Tak Gentar, ciptaan Cornel Simanjuntak. Ini barangkali salah satu dari sedikit lagu kebangsaan Indonesia yang menunjukkan keserasian yang sempurna antara tekanan ritmik pada melodi dan kata-katanya.

Maju tak gentar prosodi

Untuk merasakan ritme syair lagu ini dan keselarasannya dengan ritme melodik, bacalah suku kata dan kata bersuku kata tunggal yang dicetak dengan huruf tebal lebih nyaring daripada yang mendapat tekanan ringan (tidak dicetak dengan huruf tebal). Ma-ju tak gen-tar mem-be-la yang be-nar./Ber-ge-rak, ber-ge-rak se-ren-tak, se-ren-tak,/ me-ner-kam, me-ner-jang ter-jang./ Perpaduan ritme syair dengan ritme melodik membentuk suatu prosodi yang sempurna, yang jarang ada dalam lagu-lagu ciptaan komponis Indonesia.

Aksentuasi dalam Birama 3/4

Suatu lagu yang memakai jenis birama 3/4 pada dasarnya dikendalikan oleh tekanan berat dan ringan secara metrik, ritmik, dan sumatif. Akan tetapi, pola distribusi aksentuasinya agak berbeda dengan yang sudah Anda pelajari pada aksentuasi dalam jenis birama 2/4 dan 4/4. Polanya demikian:

Aksentuasi birama tiga-empat

 

Birama ketiga menunjukkan dengan jelas ciri khas melodi berjenis birama 3/4. Ketukan pertama mendapat tekanan metrik dan ritmik yang berat. Ketukan kedua dan ketiga masing-masing mendapat ketukan metrik dan ritmik yang ringan.

Beberapa contoh penggalan nyanyian dalam bahasa Inggris dan Indonesia akan memperjelas tekanan metrik, ritmik, dan sumatif jenis birama 3/4.

Contoh aksentuasi tiga-empat

Kutipan syair bahasa Inggris berasal dari lagu Edelweiss yang terkenal dalam film The Sound of Music. Tekanan suku kata dan katanya selaras dengan tekanan ritmik pada penggalan melodiknya. Blos-soms of snow, may you bloom and grow. Tapi penggalan syair suatu lagu rakyat dari Teluk Wondama, Papua, berjudul Kuri-Pasai hampir seluruhnya membentuk prosodi dengan tekanan ritmik penggalan melodiknya. Kata yang suku katanya bertabrakan dengan tekanan ritmik pada melodinya adalah -si dari kata pesisir. Sesuai aturan ujaran bahasa Indonesia, suku kata kedua diucapkan paling nyaring dari kedua suku kata yang lain; jadi, pe-si-sir. Tapi kalau kata ini Anda baca sesuai tekanan ritmik melodinya, Anda menghasilkan pe-si-sir, suatu penekanan yang keliru. Kata-kata selebihnya selaras dengan penggalan melodiknya.

Empat Langkah untuk Memahami Prosodi

Untuk pemahaman lanjutan Anda tentang prosodi dalam musik modern, ada beberapa langkah yang bisa Anda tempuh. Pertama, pelajarilah lagu atau nyanyian yang prosodinya betul. Maju Tak Gentar karya Cornel Simanjuntak, nyanyian-nyanyian gereja dalam Kidung Jemaat dan Mazmur dan Nyanyian Rohani, partitur-partitur asli -yang jiiplakan bisa mengabaikan prosodi - terbitan luar negeri yang berisi bermacam-macam lagu berbahasa Inggris, dan rekaman-rekaman nyanyian populer dalam bahasa Inggris yang dinyanyikan penyanyi asli - bukan peniru dari Indonesia karena mereka bisa membuat variasi yang mengabaikan prosodi - adalah beberapa sumber yang bisa Anda pakai. Kedua, berhati-hatilah terhadap nyanyian-nyanyian berbahasa Inggris ciptaan orang Indonesia. Banyak yang tidak memahami prosodi dan menghasilkan syair bahasa Inggris yang selain tidak lazim dan kedengaran aneh dari segi ritme bahasa mengabaikan juga prosodi (karena penciptanya tidak mengerti apa itu prosodi). Ketiga, berlatihlah membuat syair untuk melodi yang sudah ada. Ini suatu langkah sederhana bagi Anda untuk mempraktekkan prosodi yang betul. Keempat, kalau Anda seorang pencipta lagu dan syair, berlatihlah membuat syair yang selaras tekanannya dengan tekanan melodik. Dengan berlatih demikian, Anda akan memperdalam pemahaman dan penguasaanmu tentang prosodi dalam musik.

Sesudah memahami aksentuasi metrik, ritmik, dan sumatif berturut-turut melalui bab 11, Anda sudah dipermudah untuk memahami nada-nada non-harmonik. Bab berikut akan membahasnya lebih jauh.

LATIHAN 1

Tandailah not-not dari potongan melodi berikut dengan tekanan metrik yang berat, ringan, dan/atau relatif berat. Ikutilah contoh pada birama pertama. Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan satu duabelas

LATIHAN 2

Tandailah not-not dari potongan melodi Latihan 1 dengan tekanan ritmik yang berat, ringan, dan/atau relatif berat. Ikutilah contoh pada birama pertama. Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan dua duabelas

LATIHAN 3

Latihan berikut terdiri dari potongan satu lagu pop AS, My Way, satu lagu pop Indonesia, Kemesraan Ini, satu lagu rakyat Papua, Selamat Jalan, dan satu lagu ciptaan saya, Nona Rina. Nyanyikanlah setiap potongan ini, kemudian tentukanlah tekanan ritmik yang berat, relatif berat, dan ringan dari penggalan melodik dan liriknya. Ada penggalan melodik yang prosodinya kurang bagus; Anda perlu mengidentifikasi konflik antara tekanan suku kata dan tekanan melodik di dalamnya. Ada juga penggalan melodik yang prosodinya sempurna.Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan tiga duabelas

LATIHAN 4

Ciptakanlah lagumu sendiri yang memakai jenis birama 2/4, 3/4, atau 4/4. Pastikanlah bahwa ada prosodi atau keselarasan antara tekanan suku kata dan melodik dalam lagu ciptaanmu. Kalau Anda ragu tentang prosodi itu dan membutuhkan bantuan saya, Anda bisa mengirimkannya pada saya melalui alamat e-mail saya: seba.woseba@gmail.com.

Jawaban yang Betul

LATIHAN 1: Teruskanlah setiap contoh dan pastikanlah tanda-tanda itu diberikan tepat di bawah setiap ketukan.

LATIHAN 2

 Latihan dua duabelas jawaban

 LATIHAN 3

My Way: Keselarasannnya dengan frasa melodiknya betul. Tekanan kata dan suku kata yang berpadu dengan tekanan  ritmik dan sumatif yang berat-ringan-relatif berat dari melodi demikian: I faced it all and I stood tall and did it my way.

Kemesraan Ini: Ada konflik prosodik pada potongan nyanyian ini. Frasa kalimat yang dibaca sesuai dengan tekanan melodiknya menghasilkan tekanan suku kata yang berlawanan dengan tekanan lazim dalam bahasa Indonesia lisan masa kini. Konflik prosodiknya terdapat pada kata Ke-mes-ra-an, ce-pat, ber-la-lu.

 Selamat Jalan: Frasa nyanyian ini pun berisi konflik prosodik pada kata-kata berikut yang tekanan suku katanya bertabrakan dengan tekanan melodik: Sa-tu, ber-la-buh, Ma-no-kwa-ri.

Nona Rina: Tidak ada konflik prosodik. Tekanan suku kata dan tekanan melodik bekerja sama secara sempurna: Oh, No-na Ri-na, Ri-na, Ri-na sa-yang-ku. Se-pu-tih sal-ju gi-gi-mu.

07 Agustus 2008

11. Aksentuasi Metrik dan Ritmik

Sejauh ini, hampir semua lagu yang Anda iringi memakai not-not akord, disebut juga not-not harmonik. Nada-nada yang Anda hasilkan berasal dari jenis akord yang Anda pakai untuk mengiringi lagu. Kalau Anda, misalnya, memainkan akord C dalam tangganada diatonik mayor C untuk menghasilkan suatu rangkaian nada melodik, Anda akan membunyikan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi not C-E-G-C-E (do-mi-sol-do-mi). Inti akord ini ada pada triadnya, C-E-G; perulangan not C dan E memperluasnya menjadi akord C. Entah sebagai triad atau sebagai akord, not dasar atau not bas susunan harmonik ini tetap C. Rangkaian not ini bisa Anda pakai untuk menciptakan suatu lagu dengan berbagai nilai not dan pola irama. Tapi apa pun lagu yang Anda ciptakan dan iringi, lagu itu tetap menghasilkan nada-nada harmonik, nada-nada dari akord C.

Sesungguhnya, melodi tidak dibentuk melulu dari nada-nada harmonik. Dalam prakteknya, melodi adalah campuran dari nada-nada harmonik dan nada-nada lain yang disebut nada-nada non-harmonik.

Nada-Nada Non-harmonik

Apa itu nada-nada non-harmonik? Itulah nada-nada di luar susunan akord yang Anda pakai untuk mengiringi suatu lagu tapi yang Anda pakai sebagai variasi nada-nada harmonik dalam suatu melodi. Dengan kata lain, nada-nada non-harmonik Anda pakai sebagai sisipan di antara nada-nada harmonik dari suatu melodi, suatu gerak rangkaian nada secara "linear" atau "horisontal". (Dalam arti ketat, melodi tidak bergerak secara linear atau horisontal dalam arti lurus atau datar ke depan; melodi bisa bergerak lurus ke depan - biasanya, sebagai frasa - dan bisa juga naik-turun atau menjadi campuran kedua macam gerak ini.) Jelaslah bahwa nada-nada non-harmonik bukanlah bagian dari akord melainkan bagian dari melodi.

Anda akan memelajari tiga dari beberapa jenis nada non-harmonik yang lazim dipakai dan secara praktis lebih mudah dipelajari melalui not-notnya. Ketiga-tiganya adalah not-not samping atau ampiran - disebut passing notes dalam bahasa Inggris; not-not tetangga - disebut neighboring notes dalam bahasa Inggris; dan not-not yang ditunda - disebut suspension dalam bahasa Inggris.

Akan tetapi, pemahaman Anda tentang ketiga jenis nada non-harmonik tadi boleh jadi akan sulit kalau Anda belum memahami dasar-dasar tekanan berat dan ringan pada suatu melodi. Aksentuasi melodik ini dibentuk oleh rangkaian not dan tanda-diam yang dipakai dari melodi. Nada-nada harmonik dan non-harmonik berkaitan erat dengan tekanan melodik. Karena itu, pemahamanmu tentang nada-nada non-harmonik ditunda dulu sampai dengan Anda memahami dengan tepat atiuran-aturan dasar tentang tekanan melodik.

Aksentuasi musikal menyangkut dua unsur musik Barat yang saling berkaitan: matra dan irama. Kedua unsur ini sudah dijelaskan pada bab 1, ABC Musik Barat, dalam http://musiketnikindo-papua.blogspot.com/ dan edisi revisinya dalam bahasa Inggris, The ABC of Western Music, dalam http://papuanethnicmusic.blogspot.com/ yang bisa Anda akses pada side bar blog ini. Tapi karena bersifat umum, penjelasan itu dibuat sedikit lebih rinci di sini. Tanpa pemahaman yang jelas tentang ciri-ciri kedua unsur ini, Anda bisa menjadi bingung dengan penjelasan lanjutan tentang aksentuasi musikal.

Matra dan Ritme

Matra adalah suatu istilah yang dipakai dalam prosodi. Ia mencakup hubungan antara ketukan yang mendapat tekanan berat dan yang mendapat tekanan ringan. Prosodi adalah pola bunyi dan irama dalam puisi; dalam musik, prosodi dalam arti sempit mengacu pada keserasian antara tekanan kata dan tekanan melodik. (Prosodi dalam arti luas akan diterangkan pada kesempatan lain.)

Matra lebih mudah dipahami melalui jenis birama, seperti 2/4 dan 4/4. Dalam penulisan ini, angka di kiri pecahan mengacu pada jumlah ketukan dalam satu birama; angka di sebelah kanan pecahan menunjukkan nilai not dasar dalam satu birama. Not yang mewakili pecahan di kanan (1/4) adalah not bernilai seperempat (q).Setiap not seperempat dalam birama 2/4, 3/4, 4/4, dan 6/4 sama nilainya dengan satu ketukan (beat).

Setiap ketukan adalah pulsa atau denyutan yang membentuk matra. Denyutan jantungmu yang normal adalah matra alami.

Tapi pulsa tidak punya tekanan berat atau ringan. Dokter yang memeriksa denyutan jantungmu yang normal tidak mendengarkan melalui stetoskopnya denyutan yang nyaring dan lembut berganti-gantian secara teratur. Pulsa atau denyutan mendapat tekanan berat atau ringan sesudah dikendalikan oleh jenis birama, seperti 2/4, 3/4, dan 4/4. Dalam musik pop modern, matra 4/4 diketahui paling jelas dari tabuhan drum bas suatu jenis musik disko: DUM DUM DUM DUM.

Contoh pulsa, ketukan, atau denyutan yang ditandai not seperempat:

q q q q q q

Contoh pulsa yang berubah menjadi matra:

Pulsa-matra

Tanda > menunjukkan tekanan berat pada not pertama setiap birama. Not lain dalam setiap birama mendapat tekanan ringan.

Jadi, apa itu matra pada intinya? Matra dalam musik adalah pengelompokan yang teratur dari ketukan-ketukan atau pulsa-pulsa dalam birama-birama.

Suatu kelompok pulsa dengan ukuran tertentu diberi tekanan berat dan ringan yang berulang secara teraturan. Ukuran itu disebut birama dan dibedakan menjadi berbagai jenis birama, seperti 2/4, 3/4, dan 4/4. Dalam contoh jenis birama 2/4 yang berkembang dari enam pulsa atau ketukan saja, setiap birama yang terdiri dari dua not yang masing-masing bernilai seperempat dan sama nilainya dengan dua ketukan dalam birama yang sama mendapat tekanan berat pada ketukan pertama dan ringan pada ketukan kedua. Ukuran setiap birama bisa Anda tahu dari waktu untuk menyelesaikan setiap birama; waktu ini ditentukan juga oleh kecepatan atau tempo lagu. Kalau satu birama Anda bisa mainkan dalam satu detik, maka ketiga birama tadi bisa Anda mainkan dalam tiga detik. Satu detik per birama atau tiga detik per tiga birama adalah ukuran dalam waktu yang Anda butuhkan untuk memainkan birama-birama tadi.

Musik yang cenderung menekankan gerak tubuh punya matra yang kuat. Ini mencakup musik dan dansa populernya seperti rock 'n roll, jive, disko, chacha, wals, samba, salsa, dan dangdut.

Lalu, apa itu ritme? Ritme adalah pengelompokan ketukan ke dalam ketukan berat dan ringan, yang mencakup unsur pulsa atau ketukan, aksen, dan subdivisi. Dengan kata lain, ritme lebih berhubungan dengan aksentuasi dan durasi - lama-singkatnya atau panjang-pendeknya bunyi - not. Unsur pulsa sudah dijelaskan; karena itu, kita akan membahas lebih jauh kedua unsur lain.

Durasi dan subdivisi

Dalam musik, aksen adalah tekanan berat-ringan pada irama. Irama diwujudkan oleh not dan pembagiannya ke dalam not-not yang bernilai lebih kecil. Pembagian macam inilah yang disebut "subdivisi" tadi. Nilai not bergantung juga pada jenis birama yang dipakai. Dalam jenis birama 2/4, misalnya, satu not berkepala putih ditahan selama dua ketukan, satu not berkepala hitam tanpa bendera ditahan selama satu ketukan, satu not berkepala hitam dengan satu bendera ditahan selama setengah ketukan, dan satu not berkepala hitam dengan dua bendera ditahan selama seperempat ketukan.

Ritme subdivisi-durasi

Potongan melodi 2/4 ini menunjukkan durasi dan subdivisi. Not paling kiri punya durasi paling panjang, yaitu, dua ketukan dalam satu birama. Sementara itu, satu not yang bernilai sepertiga puluh dalam birama terakhir berdurasi paling pendek. Untuk menyamai nilai total not berdurasi paling panjang, perlu delapan not yang masing-masing bernilai sepertiga puluh dua dalam birama keempat. Durasi setiap not seperempat (birama dua) dan seperdelapan (birama tiga) lebih singkat dari durasi not setengah (birama satu) tapi sedikit lebih panjang sesuai nilainya dari not sepertiga puluh dua dalam birama terakhir. Jumlah not dalam birama kedua dan ketiga setara nilainya dengan jumlah not dalam birama pertama. Angka Arab di bawah kata-kata menandai jumlah ketukan atau pulsa per birama. Ada dua ketukan per birama.

Aksentuasi metrik dan ritmik

Bagaimana tentang aksentuasi? Baik matra maupun ritme mencakup aksentuasi, tekanan berat dan ringan; ritme juga mencakup durasi, seperti yang sudah dijelaskan. Karena masing-masing mencakup aksentuasi, maka kita membedakan antara aksentuasi metrik dan aksentuasi ritmik.

Akesentuasi metrik menunjukkan perulangan yang teratur dari tekanan berat dan ringan dalam birama. Perulangan yang teratur ini bisa kita tahu dari hitungan satu-dua untuk birama 2/4, misalnya. Setiap ketukan yang kita hitung dalam satu birama bernilai seperempat. Menurut aturan baku ilmu musik Barat, tekanan metrik yang berat jatuh pada ketukan pertama sementara ketukan metrik yang ringan pada ketukan kedua dalam satu birama. Perulangan dengan pola aksentuasinya bersifat tetap selama suatu lagu ditampilkan.

Aksentuasi ritmik bertumpu pada aksentuasi metrik. Kedua-duanya sama dalam mengungkapkan tekanan berat dan ringan kalau not untuk irama dan matra bernilai sama dalam satu birama. Not yang nilainya sama dengan ketukan adalah not seperempat, seperti dalam lagu berjenis birama 2/4.

Contoh penggalan melodik yang memakai jenis birama 2/4 berikut menunjukkan keselarasan tekanan metrik dan ritmik. Setiap not yang mewakili ritme adalah not yang bernilai seperempat, sama nilainya dengan setiap ketukan atau pulsa dalam setiap birama.

Meskipun melibatkan aksentuasi, kedua istilah tadi berbeda makna juga. Karena istilah "tekanan metrik" berbeda arti juga dengan "tekanan ritmik", kita perlu memberi tanda-tanda aksentuasi yang berbeda untuk setiap jenis tekanan ini.

Contoh berikut memperjelas tanda-tanda ini. Tanda tekanan berat dan ringan diatas not-not dikhususkan untuk tekanan ritmik. Tanda-tanda tekanan berat dan ringan di bawah not-not dikhususkan untuk tekanan metrik.

Aksentuasi metrik-ritmik dua-empat

Apa jadinya kalau kata-kata kita tambahkan pada contoh tadi? Tekanan berat dan ringan suku kata akan sama dengan tekanan metrik dan ritmik? Dalam contoh tadi, benar. Asal suku kata yang diucapkan lebih nyaring ditempatkan di bawah not dengan tekanan berat dan suku kata yang diucapkan kurang nyaring di bawah not yang diberi tekanan ringan.

Keselarasan aksentuasi tigadalamsatu

Akan tetapi, kata-kata lagu biasanya menjadi bagian dari tekanan ritmik dan durasi. Maklum, ada irama dalam kata-kata ketika kata-kata membentuk kalimat-kalimat dan suasana rasa yang diungkapkan kalimat-kalimat.

Ketika Anda merasa gembira, bergairah atau bersemangat, Anda cenderung berbicara dengan nada tinggi dan cepat. Kalau suasana ini Anda alihkan ke dalam bentuk lirik, Anda akan berusaha mengungkapkannya melalui irama pada melodinya, dengan memakai not-not yang bergerak cepat seperti not-not seperdelapan, seperenam belas, dan sepertiga puluh dua. Nada-nada melodinya cenderung tinggi juga.

Ketika Anda ingin menekankan pesan yang penting atau serius, Anda mengucapkan kata-kata dengan suara yang tegas dan agak lambat sambil menekan suku kata kata-kata yang penting. Dalam bentuk lirik, irama melodi akan menjadi kokoh dan dengan not-not yang ditahan atau memakai teknik stakato, teknik menyanyikan atau membunyikan not secara singkat, tanpa ditahan (sustained).

Ketika Anda merasa sedih, murung, sayu, Anda cenderung berbicara dengan nada rendah dan lambat. Lirikmu yang mengungkapkan suasana hati ini akan melibatkan irama jenis lain - melalui rangkaian not yang ditahan dan tempo yang lambat, misalnya - pada melodinya. Anda cenderung memakai nada-nada minor dengan not-not yang ditahan dan rendah di akhir suatu frasa atau kalimat melodik.

Yang Anda lakukan adalah mengutak-atik aksentuasi ritmik melalui berbagai kombinasi not untuk mengungkapkan berbagai suasana tadi. Tekanan berat dan ringan dari irama lagumu akan melibatkan juga durasi - panjang-pendeknya suku kata yang dinyanyikan.

Masalah aksentuasi musikal

Dalam tradisi musikal negara-negara berbahasa Inggris (seperti Inggris dan Amerika Serikat), ada kesatuan antara tekanan melodik dan syair lagu. Tekanan berat dan ringan dari suku kata yang dinyanyikan menyatu dengan tekanan berat dan ringan dari melodi yang mewadahi syairnya. Dalam artian tertentu, keselarasan macam ini disebut "prosodi".

Rupanya kesatuan tekanan melodik dan syair dalam tradisi musikal tadi berkembang dari aksentuasi kata-kata yang kemudian dilagukan. Seorang pencipta mengucapkan suatu syair atau bagiannya secara spontan atau sengaja, barangkali berkali-kali, lalu timbullah suatu lagu yang menyatu dalam hal aksentuasi - tekanan berat dan ringan - antara melodi dan kata. Kemudian, ketika para musikus dan pencipta syair dalam tradisi musikal Inggris menjadi profesional melalui pendidikan khusus, tradisi tadi rupanya mereka kembangkan. Apa pun dugaan kita, nyanyian-nyanyian dalam bahasa Inggris menunjukkan kerjasama yang rapi dalam hal aksentuasi antara melodi dan syair.

Tradisi musikal tentang aksentuasi pun bisa Anda amati dalam musik vokal berbagai bangsa Eropa lain. Tapi sejarah tentang berkembangnya aksentuasi musikal mereka barangkali berbeda atau malah sama dengan yang berkembang dalam tradisi musikal bangsa-bangsa Barat yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa induknya.

Bagaimana tentang keserasian aksentuasi musikal di Indonesia? Paling mudah Anda amati pada musik modern di Indonesia, musik yang mendapat pengaruh dari musik Barat modern (abad ke-20 dan awal abad ke-21), termasuk dari negara-negara berbahasa Inggris. Ternyata, banyak sekali yang menunjukkan konflik antara tekanan melodik dan tekanan kata. Karena masalah konflik aksentuasi ini sudah dijelaskan pada dua blog terkait lainnya, saya tidak akan mengulanginya di sini. Anda dipersilahkan membaca penjelasan tentang, misalnya, lagu Burung Kakatua dalam http://musiketnikindo-papua.blogspot.com/ atau http://papuanethnicmusic.blogspot.com/ di kiri atas side bar blog ini.

Kalau Anda ingin menjadi musikus profesional abad ke-21, Anda sebaiknya memahami dengan tepat aturan-aturan tentang aksentuasi dalam musik modern Barat. Musik modern kita berasal dari sana meskipun bunyinya barangkali tidak sama seratus persen. Wajarlah kalau aturan-aturannya, termasuk tentang aksentuasi, kita serap dan terapkan dengan tepat dalam musik modern ciptaan kita.

Tekanan berat dan ringan

Aturan tentang aksentuasi dalam musik Barat berkaitan dengan jenis matra yang dipakai untuk suatu melodi. Untuk mudahnya, saya akan menjelaskan tiga jenis birama yang lazim dalam musik modern dan aturan aksentuasi yang berlaku untuk setiap jenis birama. Ketiga jenis birama itu adalah 2/4, 3/4, dan 4/4. Untuk gampangnya, penjelasan dalam bab ini memakai jenis birama 2/4 sebagai contoh. Kedua jenis birama yang lain akan menyusul pada pembahasan berikutnya.

Pada tahap awal, not dasar yang dipakai untuk menjelaskan aksentuasi adalah not bernilai seperempat. Satu not ini sejajar nilainya dengan satu ketukan. Kalau Anda memahami tahap ini dengan baik dan benar, Anda tidak akan kesulitan memahami tahap-tahap berikutnya.

Seperti yang sudah dijelaskan, lagu yang memakai jenis birama 2/4 melibatkan dua ketukan dalam satu birama. Not pada ketukan pertama mendapat tekanan berat, not pada ketukan kedua mendapat tekanan ringan. Kesatuan aksentuasi metrik dan ritmik dicapai ketika setiap ketukan dan setiap not dalam satu birama sama nilainya, yaitu bernilai seperempat.

Bagaimana aturan tentang aksentuasi metrik dan ritmik kalau salah satu not seperempat dalam satu birama tadi kita pecah menjadi dua, masing-masing bernilai seperdelapan, seperenam belas, atau sepertiga puluh dua dalam birama yang sama? Kalau tanda-diam dengan berbagai nilai kita tambahkan, aturan tentang aksentuasi metrik dan ritmik masih sama atau berbeda?

Pertanyaan yang bagus tapi agak rumit kalau dijawab semuanya. Untuk Anda sebagai pemula, pertanyaan-pertanyaan tadi lebih mudah dijelaskan melalui not-not dan tanda-diam yang nilainya antara setengah dan seperdelapan. Kalau dasar-dasar aksentuasi metrik dan ritmik dalam batas nilai-nilai ini Anda pahami dengan baik dan benar, Anda akan mudah memahami tekanan metrik dan ritmik dari not-not dan tanda-diam dengan nilai-nilai yang lebih kecil: seperenam belas dan sepertiga puluh dua.

Untuk mempermudah bayanganmu tentang tekanan metrik, ingatlah tabuhan drum bas disko untuk birama 2/4: DUM DUM. Untuk menegaskan tekanan metrik pada ketukan pertama, kita ubah sedikit tingkat kenyaringan bunyi drum bas disko (tidak ada dalam disko sesungguhnya). Bunyi DUM pertama kita tabuh lebih nyaring dari bunyi DUM kedua. Rangkaian aksentuasi metrik dalam birama 2/4 - dan jenis birama lain yang akan dijelaskan - kita akan lambangkan melalui not bernilai seperempat.

Sekarang, tentang aksentuasi ritmik untuk jenis birama 2/4. Beberapa contoh pola ritme berikut akan memperjelas aksentuasi ritmik dalam batas jenis birama ini.

Aksentuasi metrik-ritmik duaempat

Pada contoh tadi, tekanan metrik ditandai oleh not-not rendah yang masing-masing bernilai seperempat kecuali not setengah yang mengakhiri lagu. Tekanan berat (>) pada ketukan pertama dan tekanan ringan (-) pada ketukan kedua dalam setiap birama berulang-ulang secara tetap dan berhenti dengan ketukan berat pada not terakhir. Not-not rendah tadi sekaligus membentuk suatu jalur bas yang sederhana dan juga teratur.

Aturan umum tentang aksentuasi metrik dan ritmik

Tekanan metrik yang bisa Anda amati pada potongan melodi di atas jalur bas tadi ternyata punya aturan tekanan berat dan ringan yang tampaknya berubah-ubah. Sebenarnya tidak. Tekanan ritmik ini pada dasarnya merinci tekanan berat-ringan secara metrik. Aturan umum yang berlaku demikian:

  • Dua not yang masing-masing bernilai seperempat dalam satu birama mendapat tekanan berat pada ketukan pertama dan relatif berat - bisa dipandang sebagai tekanan agak ringan - pada ketukan kedua. (Lihat contoh-contoh Aksentuasi metrik-ritmik 2/4 di atas.)
  • Sepasang not yang masing-masing bernilai seperdelapan dan dipakai pada ketukan metrik ringan mendapat tekanan ringan. (Lihat birama 1 dan 3 pada contoh di atas.) Untuk mempermudah penulisan kata berdasarkan tekanan berat-ringan suku kata, not kiri pasangan not yang dipakai pada ketukan ringan adakalanya diberi tekanan agak berat. Untuk jelaslah, lihatlah tanda (-) pada not pertama triul pendek dalam birama 6. Suku kata -lam- dari kata terlambat mempertegas tekanan ini.
  • Not bernilai seperdelapan yang didahului titik dan dipakai pada ketukan metrik ringan diberi tekanan ritmik yang ringan juga. Pelajarilah contoh dalam birama 2.
  • Sepasang not yang masing-masing bernilai seperdelapan dan dipakai pada ketukan metrik yang berat diberi tekanan berat pada not di kiri tapi tekanan ringan pada not di kanan pasangan itu. Lihat contoh dalam birama 3.
  • Tanda-diam dengan nilai apa pun tidak diberi tanda aksentuasi tapi diperhitungkan sebagai not yang tidak dibunyikan.
  • Suatu not seperdelapan yang didahului suatu tanda-diam dengan nilai yang sama dan ditempatkan pada ketukan metrik yang berat atau ringan mendapat tekanan metrik yang ringan. Contoh dalam birama 5 menunjukkan not seperdelapan yang didahului suatu tanda-diam yang sama nilainya ditempatkan pada ketukan metrik yang berat. Kalau bentuk not yang sama ditempatkan pada ketukan metrik yang ringan, notnya tetap mendapat tekanan ritmik yang ringan.
  • Suatu not seperempat yang ditempatkan pada ketukan metrik yang ringan sesudah suatu not seperdelapan yang mendapat tekanan ritmik yang ringan pada ketukan metrik yang berat mendapat tekanan ritmik yang agak berat atau agak ringan. Lihat contoh not kedua dalam birama 5.
  • Suatu pasangan not yang merupakan gabungan satu not bernilai seperdelapan dan satu not bertitik bernilai seperenam belas yang ditempatkan pada ketukan metrik yang berat mendapat tekanan ritmik yang berat pada not di kiri dan tekanan ritmik yang ringan pada not di kanan pasangan itu. Lihat pasangan not ini dalam birama 6.
  • Suatu triul pendek yang ditempatkan pada tekanan metrik yang berat dan ringan mendapat tekanan ritmik yang berat pada not pertama dan dua tekanan ritmik yang ringan pada dua not lainnya. Lihat contoh dalam birama 6.
  • Suatu not bernilai setengah yang dipakai pada ketukan metrik yang berat mendapat tekanan ritmik yang berat. Lihat birama 7.

Saya menyadari aturan-aturan tadi barangkali belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian peminat blog ini. Tapi kalau Anda memahami aturan dasar tentang aksentuasi metrik dan ritmik, aturan ini bisa mempermudah Anda memahami aksentuasi ritmik yang tampak berubah-ubah itu. Bagi Anda yang ingin menulis syair atau lirik atau kata-kata lagu ciptaanmu, aturan-aturan tadi perlu Anda pahami dengan tepat. Kalau Anda memahaminya dengan tepat, syair gubahanmu akan selaras dengan aksentuasi ritmik lagumu. Keselarasan seperti inilah yang disebut prosodi, suatu rahasia kesuksesan penulisan lagu-lagu pop komerisal Barat modern tapi yang belum dipahami kebanyakan komponis di Indonesia.

Baiklah, itu saran yang tepat sekali, kata Anda, tapi bagaimana dengan aksentuasi metrik dan ritmik untuk lagu-lagu yang memakai teknik sinkopasi? Aturan dasar tentang aksentuasi metrik dan ritmik tadi tetap berlaku. Cuma perlu penyesuaian.

Sinkopasi

Sinkopasi - untuk Anda yang baru tahu istilah ini pertama kali - adalah pergeseran aksentuasi ritmik yang lazim ke tempat yang tidak lazim. Dalam jenis birama 2/4, tekanan ritmik yang berat dan ringan yang melibatkan not-not bernilai seperempat selaras dengan tekanan metriknya, seperti yang sudah dijelaskan. Aturan ini berlaku juga bagi not-not dengan berbagai nilai lain pada tekanan berat dan ringan. Sinkopasi timbul ketika tekanan ritmik yang berat digeser ke tekanan ritmik yang ringan. Seperti seorang pegulat yang berat menambah bobotnya pada lawannya yang ringan ketika yang pertama menindih yang kedua, demikian juga not yang diberi tekanan ritmik yang ringan bertambah bobotnya ketika not yang berbobot berat digeser ke sana. Sinkopasi sering ditandai busur-sambung yang menghubungkan dua not dengan tingginada yang sama. Sinkopasi lazim dalam musik pop modern, terutama musik jazz.

Berikut berbagai contoh sinkopasi untuk lagu berjenis birama 2/4:

Sinkopasi dua-empat

Tanda panah ke bawah dengan singkatan s - untuk sinkopasi - menunjukkan tekanan ritmik yang sebelumnya ringan menjadi tekanan ritmik yang berat. Bobot tambahan ini diperoleh dari pergeseran tekanan ritmik yang berat oleh not di kanannya, ditandai panah tanpa tulisan s di atasnya. Kata-kata potongan melodi itu menunjang secara sempurna aksentuasi yang timbul karena sinkopasi. Cobalah membaca dan menyanyikan kata-kata itu sesuai tekanan suku katanya dan Anda akan mengerti dan merasakan keselarasan aksentuasi antara aksentuasi ritmik melodi, kata, dan aksentuasi metrik. Keselarasan ini suatu contoh lagi dari prosodi.

Contre temps

Sinkopasi sudah jelas tapi masih ada lagi suatu pola ritme yang agak mirip sinkopasi: contre temps. Bagaimana aturan tentang aksentuasi metrik dan ritmik diterapkan pada pola ritmik ini?

Suatu pertanyaan lain yang bagus. Contre temps - suatu istilah musik dalam bahasa Perancis - agak mirip sinkopasi. Dalam birama 2/4, not bernilai seperempat yang ditempatkan pada ketukan metrik yang ringan tidak dipengaruhi tekanan berat dari tanda-diam yang membentuk ketukan pertama dalam satu birama.

Contre temps dua-empat

  • LATIHAN 1
  • Tandailah tekanan metrik yang berat dan ringan dari potongan suatu lagu rakyat terkenal Amerika Serikat berikut. Pakailah tanda > untuk tekanan berat dan - untuk tekanan ringan. Lihatlah contoh di awal lagu, lalu ikutilah contoh itu. Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan 1 (11)

LATIHAN 2

Dengan memakai lagu pada Latihan 1, berilah aksentuasi ritmik yang betul. Pakailah tanda seperti ada di contoh (birama pertama) untuk menunjukkan tekanan ritmik yang berat dan tanda mirip huruf u untuk tekanan ritmik yang ringan. Anda bisa juga menggantikan tanda lengkung pada not di kiri pasangan not yang jatuh pada ketukan kedua dengan garis lurus (-). Lihat contoh dalam birama 1. Jawaban yang betul ada di akhir bab ini.

Latihan 2 (11)

LATIHAN 3

Garis bawahilah suku kata yang mendapat tekanan berat (ujaranmu lebih nyaring) dari "syair" berikut. Aksen bahasa Indonesia lisanmu mengikuti yang berlaku dalam siaran radio atau televisi nasional. Ikutilah contoh. Jawaban yang betul di berikan di akhir bab ini.

Contoh: Da- tang ke si- ni eng-kau.

Da-tang-lah kau,/ki-ta me-non-ton film,/film-nya ten-tang p'rang du-ni-a.

LATIHAN 4

Potongan lagu rakyat AS tadi sekarang ditambah kata-kata yang aksentuasi ritmiknya sudah Anda kerjakan. Akan tetapi, aksentuasi kata-kata dan lagu tidak selalu selaras. Lingkarilah suku kata atau kata yang tekanannya bertabrakan dengan aksentuasi ritmik pada lagu. Lihat contoh pada birama awal. Anda bisa juga menggantikan tanda lengkung dengan garis lurus di bawah not kedua yang bernilai seperdelapan dalam birama 2, 3, 4, 6, dan 8. Jawaban yang betul diberikan di akhir bab ini.

Latihan 4 (11)

LATIHAN 5

Sesudah Anda memahami lika-liku aksentuasi metrik dan ritmik, termasuk melalui keempat latihan tadi, buatlah suatu lagu berjenis birama 2/4 sepanjang delapan birama. Terapkanlah aturan yang betul tentang prosodi, yaitu, keselarasan antara tekanan ritmik pada melodi, tekanan suku kata, dan tekanan metrik. Kirimlah ciptaanmu kepada saya kalau Anda ingin saya membantu mengeceknya untuk Anda. Alamat e-mail saya: seba.woseba@gmail.com.

Jawaban yang Betul

LATIHAN 1

Untuk birama 2, 3, 4, 6, dan 8, ikutilah contoh pada birama 1. Not setengah pada birama 5, 7, dan 9 diberi tanda tekanan berat.

LATIHAN 2

Salinlah contoh dalam birama 1 untuk birama 2, 3, 4, 6, dan 8. Setiap not bernilai setengah dalam birama 5, 7, dan 9 Anda tandai dengan aksen berat.

LATIHAN 3

Tekanan berat yang berlaku umum dalam bahasa Indonesia lisan untuk suku kata demikian:

Da-tang-lah kau, / ki- ta me-non-ton film, /film-nya ten-tang p'rang du-ni-a.

LATIHAN 4

Sesuai aturan tentang aksentuasi metrik dan ritmik lagu tadi, konflik prodosik terjadi pada suku kata Da- (Da-tang-lah), me- (me- non-ton), dan -a (du-ni-a).