09 Juli 2008

7. Memainkan Empat Akord Pertama

Dari triad, Anda beranjak ke akord. Akord memang didasarkan pada triad tapi akord bisa punya lebih dari tiga not yang disusun dan dibunyikan secara vertikal, dari senar paling rendah sampai dengan senar paling tinggi, sejauh kedua-duanya dibolehkan untuk dimainkan.

Tiga akord pertama yang akan Anda mainkan merupakan sokoguru, pilar utama, bangunan harmonik musik Barat. Dalam tangganada diatonik mayor C, ketiga akord utama itu adalah C, F, dan G. Akord lain yang merupakan perluasan dari G dan akan Anda pelajari juga adalah G7. Akord-akord dasar yang lain – Dm, Em, Am, dan Bdim – adalah akord-akord pembantu ketiga akord utama tadii.

Untuk pelajaran progresi akord, not paling bawah dan sekaligus paling rendah setiap akord utama tadi adalah not bas. Not ini penting karena menentukan karakter akord. Not bas dari C, F, dan G masing-masing adalah do, fa, dan sol. Ketiga-tiganya adalah akord-akord mayor. Akord C dan not basnya kedengaran tenang, stabil, dan bulat. Not fa sebagai not bas akord F mengakibatkan akord ini kedengaran tidak tenang dan ingin mencapai ketenangan. Caranya? Dengan bergerak kembali ke C. Akord C ini bisa Anda bayangkan sebagai not pelabuhan, tempat Anda istirahat, berteduh sesudah suatu perjalanan akordal yang tidak menenangkan telinga musikalmu. Mirip akord F tapi sedikit lebih menegangkan dari akord ini adalah akord G dengan sol sebagai not basnya. Seperti F, akord G pun ingin mencapai ketenangan pada akord C sebagai pelabuhan harmoniknya. Not bas yang melandasi ketiga akord utama dalam ilmu harmoni Barat ini memberi warna khusus pada ketiga-tiganya.

Perhatikan susunan not akord C berikut:

Akord utama ini dibentuk oleh lima urutan not, dengan C pada senar kelima fret ketiga sebagai nada basnya. Nada ini diulangi setinggi satu oktaf – tidak sebagai nada bas tapi nada yang menguatkan nada bas – pada senar kedua fret pertama. Not mi (E) pun diulangi sekali. Angka 1 menunjukkan jari telunjuk, angka 2 jari tengah, dan angka 3 jari manismu.Tekanlah ujung jarimu yang ada bagian dagingnya dengan tegas, pada posisi lurus, dan dekat pada fret di kanan agar bunyi akord yang Anda mainkan kedengaran jelas, bersih, tidak pecah.

Akord utama berikut adalah F. Perhatikanlah susunan not pada diagram akordnya.







Palangkanlah bagian ujung jari telunjukmu pada kedua senar pertama. Bagi pemula, ini membutuhkan grip yang kokoh dan bisa membutuhkan latihan berkali-kali agar bunyi yang dihasilkan jelas dan bersih. Ibu jari di belakang papan fret yang ditekan dan pergelangan tangan kirimu yang digeser sedikit ke atas bawah bisa menolong memperkuat gripmu. Lalu, tempatkanlah jari kedua dan ketiga sesuai petunjuk pada diagram akord F.

Akord G boleh dikatakan adalah akord F yang dinaikkan tiga fret. Posisi jarimu sama tapi sekarang mulai pada fret ketiga papan fret gitarmu.

Singkatan 3 fr. berarti the 3rd fret, suatu istilah bahasa Inggris yang berarti fret ke-3. Latihlah gripmu sampai Anda menghasilkan bunyi yang bersih; setiap senar yang dimainkan kedengaran jelas dan selaras.


Nanti kalau Anda sudah mahir dengan grip akord F dan G model ini, Anda akan diperkenalkan dalam suatu pelajaran mendatang tentang grip akord F dan G lengkap karena memakai keenam senar gitarmu. Untuk sementara dan demi kemudahan iringanmu pada tahap awal, model grip tadi memadai.

Ada lagi suatu model grip akord G yang bisa Anda pakai sebagai variasi. Modelnya seperti berikut:

Tidak sulit untuk menguasainya.


Menguasai ketiga akord utama tadi melalui latihanmu adalah suatu awal yang baik. Tapi suatu akord baru bermakna dalam iringanmu kalau ia dimainkan dalam hubungan dengan akord lain yang mengikuti dan mendahuluinya berdasarkan aturan tertentu. Tanpa hubungan macam ini, suatu akord tunggal bisa berarti apa saja, bahkan tanpa makna. Karena itu, ketiga akord utama tadi bermakna ketika Anda memainkannnya menurut urutan-urutan tertentu.

Sebelum urutan itu Anda latih tahap demi tahap, latihlah lebih dahulu ketiga akord tadi dengan memakai suatu teknik notasi khusus untuk irama gitar yang disebut notasi ritmik. Kecuali untuk not terakhir, notasi ini memakai empat pukulan yang sama dengan empat ketukan dalam satu birama, semuanya memakai teknik iringan gitar yang sudah disinggung pada suatu pelajaran sebelumnya: down-strum. Not pada birama terakhir dihitung selama empat ketukan tapi dimainkan sekali saja pada gitarmu.

Selanjutnya, notasi ritmik ini diawali dan diakhiri garis ganda bertitik dua. Dua garis ganda bertitik dua yang mengapit satu birama atau lebih berarti Anda harus mengulangi latihan iringanmu – dan tentu nyanyian atau lagu yang memakai tanda ulang ini – sekali lagi.

Anda bisa melakukan latihan lebih dari dua kali kalau Anda belum menguasai grip akord dan ketukan dengan baik. Sebagai pemula, Anda lebih mudah mernguasai suatu latihan bermain gitar kalau tempo lagu diperlambat. Nanti sesudah mahir, Anda bisa menaikkan temponya sesuai kemahiranmu.Model akord G pada birama keempat bisa Anda variasikan dengan model akord G yang lain.

Akord Tonika, Dominan, dan Subdominan

Setiap tangganada diatonik mayor dalam ilmu musik Barat punya suatu nada pusat. Nada itu menjadi semacam pelabuhan yang tenang, tempat kapal musikal mulai berlayar mengarungi laut musikal yang tenang, agak tidak tenang, tidak tenang tapi selalu kembali ke pelabuhan asalnya yang tenang. Nada pusat yang dibayangkan sebagai pelabuhan pusat itu disebut tonika – beda artinya dengan Tonikum, sejenis minuman untuk kesehatan. Dalam tangganada mayor, tonika lazimnya adalah not pertama (dan perulangannya pada satu oktaf) dari suatu tangganada.

Dalam tangganada diatonik mayor C, not do atau C adalah tonika. Akord yang dibentuk berdasarkan tonika disebut akord tonika: akord C mayor. Not-not lain yang bisa menggantikan not do atau C sebagai tonika adalah mi (E) dan sol (G). Dengan demikian, suatu lagu bisa dimulai dengan C, E atau G lalu berakhir dengan salah satu dari ketiga not ini: C, E, atau G. Nada dasar adalah istilah lain untuk tonika.

Tonika bersifat tenang, stabil, dan bulat. Karena sifatnya, ia dipakai untuk menutup sebagian atau suatu lagu mayor. Akord tonika yang berkembang dari not ini, karena itu, dipakai untuk menutup lagu.

Soko guru kedua dari konstruksi harmonik Barat disebut akord dominan. Dalam tangganada mayor C, not paling bawah akord ini adalah not kelima dari not pertama, yaitu not sol (G). Akord G yang dikembangkan dari not ini disebut akord dominan.

Akord dominan bersifat tidak tenang. Ketegangan bunyi musikal yang ditimbulkan kombinasi notnya menghendaki ketenangan. Ketenangan itu diperoleh kalau akord dominan kembali ke akord tonika.

Soko guru ketiga dari ilmu harmoni Barat disebut akord subdominan, secara harfiah berarti akord yang berada “di bawah dominan”. Dalam tangganada diatonik mayor C, ia adalah not keempat, yaitu fa (F), dihitung dari not pertama tangganada ini. Karena itu, ia memang dibayangkan sebagai berada di bawah not dominan. Dengan kata lain, not subdominan mendahului not dominan.

Seperti akord dominan, akord subdominan pun bersifat tegang meski tidak setegang akord dominan. Akord subdominan karena itu ingin kembali ke akord tonika supaya bisa mencapai ketenangannya di sana. Akord subdominan dipakai sebagai variasi terhadap akord tonika dan mendahului akord dominan.

Balikan-Balikan

Gitar yang Anda mainkan untuk mengiringi irama lagu disebut gitar irama, gitar ritme, gitar iringan, atau rhythm guitar dalam bahasa Inggris. Dibanding dengan gitar melodi (lead guitar), gitar irama kurang banyak menjelajahi balikan-balikan akord. Biasanya yang dihasilkan gitar iringan adalah semacam rangkaian blok akord: urutan not yang membentuk akordnya sudah tetap.

Tapi ketika Anda menyanyi, memainkan lagu secara instrumental, atau mencipta lagu, Anda terlibat dalam atau melibatkan akord-akord dasar dan balikan-balikannya. Balikan-balikan sebagai akibatnya muncul dalam melodi. Sebagai pemula, Anda, karena itu, perlu memahami lebih jauh balikan-balikan dari not-not dasar.

Berikut balikan pertama dan kedua dari ketiga akord utama kita: C, F, dan G. Yang dipakai untuk balikan-balikan adalah triad ketiga akord ini.





Anda perhatikan bahwa model grip akord tetap sama meskipun susunan notnya mengalami balikan-balikan. Susunan not dasar setiap akord utama tadi dan balikan-balikannya akan Anda pakai untuk menciptakan lagumu sambil mengiringinya dengan berbagai kombinasi ketiga akord tadi.

Contoh berikut adalah uraian not-not setiap akord utama tadi dan balikan-balikannya menjadi suatu rangkaian melodi. Karena not yang dipakai berasal akord yang berlaku, maka melodi yang diciptakan bersifat akordal, disingkat melodi akordal.

Untuk melatih melodi akordal ini, pakailah pukulan down-strum untuk setiap ketukan dalam lagu ini. Pakailah hanya satu pukulan gitar untuk not terakhir lagu ini. Sambil memainkan gitarmu, deham, siul, atau bunyikanlah melodinya. Anda bisa mengulangi latihanmu sampai menguasai akord dan lagunya dan terutama membentuk rasa akordal atau rasa harmonik yang tepat untuk melodi yang Anda iringi.


LATIHAN 1

Suarakan atau bunyikanlah rangkaian not akordal dalam lagu berikut. Kemudian, tentukanlah akord utama manakah yang cocok untuk suatu rangkaian not. Apakah itu C, F, atau G? Tuliskanlah lambang akordnya di atas garis yang tersedia. Akhirnya, suarakan atau bunyikanlah seluruh melodi sambil mengiringinya dengan gitarmu. Pakailah pukulan down-strum yang sama. Jawaban yang betul diberikan di akhir pelajaran ini.


Kalau saya ingin membuat laguku sendiri, bolehkahsaya memakai urutan apa saja dari ketiga akord utama tadi? Anda bertanya. Tidak. Ada aturan baku yang harus Anda patuhi. Dalam tangganada diatonik mayor C, dua urutan yang lazim dari ketiga akord utama ini demikian:

· Tonika-Subdominan-Dominan-Tonika: C-F-G-C
· Tonika-Subdominan-Tonika-Dominan-Tonika: C-F-C-G-C

Dua urutan akordal yanhg lazim ini bisa diperkuat dengan suatu akord dominan yang akan dibicarakan lebih jauh. Itulah akord dominan ketujuh: G7, suatu perluasan akord G. Kalau G7 ditambahkan, urutan tadi bisa menjadi demikian:

· Tonika-Subdominan-Dominan Ketujuh-Tonika: C-F- G-G7-C
· Tonika-Subdominan-Tonika-Dominan-Dominan Ketujuh-Tonika: C-F-C-G-G7-C

LATIHAN 2

Pakailah salah satu atau kombinasi kedua urutan lazim tadi – tanpa G7 – untuk menciptakan melodi akordalmu yang pertama sambil mengiringinya. Ciptaanmu boleh secara spontan atau sengaja – dirancang lebih dahulu.

Akord dominan ketujuh

Not bas triad G adalah sol. Kalau Anda menambahkan not ketujuh dihitung secara bertangga dan dalam posisi naik dari not bas triad G, Anda menemukan not F (fa): sol-la-si-do-re-mi-fa. Susunan akord G7 menjadi G-B-D-F atau sol-si-re-fa. Karena memakai F atau fa sebagai not ketujuh dan sekaligus not paling tinggi dalam akord ini, akord G7 disebut akord dominan ketujuh – dalam tangganada diatonik mayor C.

Dibanding akord dominan dalam tangganada yang sama, akord G7 menghasilkan efek bunyi musikal yang lebih menegangkan, tajam, sangat tidak menenangkan telinga musikalmu. Ia karena itu perlu ketenangan dengan kembali kepada akord tonika, yaitu C. Akord G7 biasanya dipakai di akhir suatu lagu, pada birama yang berisi not dominan seperti sol, si, re, atau fa sebelum birama terakhir yang memakai akord tonika. Tapi ia juga dipakai di bagian-bagian lain dari melodi tertentu.

Diagram akord G7 demikian:


Dengan memakai pukulan down-strum, berlatihlah sampai Anda menghasilkan bunyi G7 yang bersih. Kemudian, cobalah gabungkan dengan ketiga akord utama sebelumnya dengan memakai berbagai urutan, semisal C-F-C-G-G7-C.

Tiga contoh penggalan melodik mermperjelas pemakaian akord G7 dalam tangganada diatonik mayor C dekat akhir suatu lagu dan juga pada bagian tertentu dalam suatu lagu lain. Penggalan pertama adalah bagian terakhir lagu nasional Satu Nusa Satu Bangsa, yaitu “kita bela bersama”. Akord dominan G dipakai untuk not re yang bersamaan bunyinya dengan suku kata “ber-” disusul akord dominan ketujuh G7 pada not si dan suku kata “sa-” dan berakhir dengan akord tonika C pada not do dan suku kata “-ma”. Ketika membunyikan urutan ketiga akord tadi, Anda akan mendengarkan urutan bunyi not sol-fa-mi.Penggalan kedua dari suatu versi nyanyian Amin untuk menutup suatu ibadah Kristen. Sekali lagi, Anda mendengarkan not fa yang berbarengan dengan akord G7 yang berakhir dengan not mi pada akord C. Penggalan melodik ketiga adalah bagian terakhir dari suatu lagu keroncong klasik tahun 1950-an berjudul Waarom Huilt Je Toch, Nona Manis?, suatu judul lagu dan syair yang menggabungkan bahasa Belanda, Inggris, dan Indonesia. Versi era ini dipopulerkan di antaranya oleh kelompok musikus kawaiian tenar asal Maluku, Rudy Wairata and His Mena Moeria Minstrels. Sekali lagi, penggalan melodik keroncong ini menunjukkan pemakaian akord G yang disusul G7 di akhir suatu kalimat melodik sebelum akord C dipakai.

Progresi akord C-G-C, C-G7-C, C-G-G7-C, C-G-C-G7-C, atau bahkan G-C-G7-C sering muncul dalam iringan berbagai nyanyian, seperti nyanyian rakyat. Anda bahkan bisa menciptakan lagumu sendiri dengan memakai salah satu dari pola progresi akord yang pada dasarnya mengandalkan urutan tonika-dominan-tonika atau dominan-tonika.

Notasi Ritmik

Iringan gitarmu yang sejauh ini memakai pukulan down-strum mengikuti empat ketukan per birama sekarang dikembangkan sedikit dengan menambahkan sepasang not yang masing-masing bernilai seperempat. Tapi pukulan gitarmu masih tetap down-strum. Di Indonesia, pola iringan ini bisa didengar pada pukulan ukulele dan gitar enam senar musik hawaiian, seperti yang dimainkan di Maluku.

Notasi ritmiknya demikian:

LATIHAN 3

Mainkanlah notasi ritmik ini dengan memakai akord C pada gitarmu empat kali berturut-turut. Lalu, akhirilah dengan satu pukulan akord yang sama pada birama terakhir. Kalau belum mantap, ulangilah latihanmu sampai Anda menguasai grip akord dan pukulan gitarmu.

Untuk latihan ini dan latihan-latihan lain yang menyusul, pola ritme yang Anda bunyikan secara down-strum dicontohkan hanya pada birama pertama. Tanda pukulan ke bawah atau ke atas ditambahkan kalau ada perubahan pada lagu yang Anda iringi sambil nyanyikan.

Kalau notasi ritmik tadi sudah Anda kuasai, Anda sudah siap untuk mengiringi suatu lagu ciptaan saya. Ada tiga tahap latihan untuk menguasai lagu ini. Pertama, berlatihlah untuk menguasai pola pukulan gitar berdasarkan notasi ritmik yang diberikan. Sesudah itu, pelajarilah dan nyanyikanlah lagu ciptaan saya. Akhirnya, nyanyikanlah sambil memakai notasi ritmik yang sudah Anda kuasai untuk mengiringi lagu ini.

Kalau Anda kesulitan menyanyikan dan mengiringinya karena temponya (MM=80) cepat, mulailah dulu dengan tempo yang lambat, kurang dari 80 ketukan per menit. Tempo yang lambat mempermudah penguasaan latihanmu. Sesudah itu, naikkanlah secara bertahap tempomu sampai mencapai MM=80. Tip ini berlaku juga untuk lagu-lagu lain yang akan Anda pelajari.

Kalau ada bagian yang sulit dari lagu yang Anda pelajari, ulangilah latihanmu pada bagian itu saja sampai Anda menguasainya dengan betul. Ini demi menghemat waktu dan tenagamu sendiri. Tidak bermanfaat mengulangi bagian yang sudah betul. Bukankah sesuatu yang betul atau benar tidak punya masalah? Nanti sesudah bagian yang sulit itu Anda kuasai, Anda boleh mengulangi seluruh lagu, kali ini tanpa kesalahan.

Berikut latihan pola ritmik dan lagunya:









LATIHAN 4

Berlatihlah sampai Anda menguasai progresi akord di atas. Kemudian, pakailah progresi akord itu untuk mengiringi lagu di bawahnya.

LATIHAN 5

Sekarang, giliranmu untuk membuat progresi akord tonika-dominan-tonika dan lagumu lalu mengiringinya. Sekali lagi, ciptakanlah lagumu secara spontan atau sengaja. Pilihlah dari beberapa kemungkinan progresi akord tonika-dominan-tonika berikut: C-G-C-G7-C, C-G-G7-C, atau G-C-G7-C. Anda bisa menggandakan salah satu contoh ini, seperti C-G-G7-C-C-G-G7-C atau kombinasi beberapa contoh tadi. Pastikanlah bahwa akord menjelang akhir lagu Anda adalah G7 yang diikuti C. Selamat berlatih!

LATIHAN 1: Jawaban yang betul

Dari birama pertama sampai dengan birama terakhir, urutan akordnya demikian: C, F, G, C, C, F, C, G, C

Tidak ada komentar: